Autism atau lebih dikenal dengan sebutan autis tidak jarang kita jumpai, bahkan kita pernah mengalaminya di lingkungan tempat tinggal atau tempat sekolah kita. Perkembangan yang tidak signifikan pada anak Autism tentu mempengaruhi interaksi sosialnya. Nah sekarang Admin akan membahas mengenai masalah Autism dan Pengaruh perkembangan interaksi Sosialnya. Mari kita simak lebih jauh di dalam Artikel ini.
Kegiatan sosial keterampilan untuk anak-anak dengan predikat autism sangat penting terhadap pengobatan gangguan autistik termasuk sindrom Asperger dan meluasnya gangguan perkembangan . Anak-anak dalam spektrum gangguan ini tidak memperoleh kemampuan untuk berinteraksi dengan orang lain. Mereka harus belajar keterampilan ini secara intelektual melalui perawatan dan intervensi yang disengaja oleh orang-orang terdekatnya, termasuk kita sebagai guru.
Untuk itu masalah ini begitu penting terhadap masa depan si anak, walapun secara khusus tidak disebutkan dalam berbagai sumber yang pernah Amin baca. Namun ada beberapa keterampilan yang perlu di kembangkan untuk anak-anak ini, diantaranya adalah Pengajaran Prilaku Sosial.
Proses pengajaran perilaku sosial yang tepat dapat dipecah menjadi bagian-bagian kecil melalui langkah-langkah yang dapat dicapai secara berkesinambungan. Hal ini dimulai dengan observasi. Orang tua dan pengasuh yang meluangkan waktu untuk mengamati anak terlibat dalam kegiatan ini dan bagaimana pendekatan pengembangan interaksi sosial yang tepat bagi mereka.
Ada banyak kegiatan ketrampilan sosial untuk anak-anak autism yang orang tua dan wali dapat mengembangkannya sendiri. Mereka dapat melayani kegiatan sesuai dengan kebutuhan dan kepentingan lebih spesifik lagi terhadap anak . Permainan dan cerita-cerita pilihan merupakan langkah pertama yang sangat baik bagi perkembangan sosial mereka, dan tidak selalu perlu untuk membeli kegiatan khusus yang memerlukan biaya besar bagi kalangan menengah ke bawah.
Anak-anak belajar melalui bermain dan ini berlaku untuk semua anak. Autistic anak-anak hanya memiliki cara yang berbeda dari bermain. Ketika orang tua dan pengasuh mengambil waktu untuk menyelidiki kepentingan anak dan kebutuhan sensorik, mereka dapat membuat hubungan emosional penting. Memperkenalkan kegiatan sosial untuk anak-anak autis mencakup belajar bagaimana memainkan masing-masing anak. Tidak ada dua anak pada spektrum autisme yang persis sama, dan demikian pula kepentingan mereka .
Dibawah ini beberapa penanganan khusus jika Penanganan untuk Keterampilan Sosial belum dapat membangun keterampilan mereka. Kita dapat memulainya ketika kita sedang dan tiba dikelas pertama kali,
- Anak duduk di depan/ dekat guru;
- Gunakan isyarat pribadi yang hanya dimengerti guru dan anak agar anak kembali mengerjakan tugasnya;
- Setelah instruksi secara lisan, berikan pula secara tulisan;
- Beri tugas dalam bentuk unit-unit yang lebih kecil;
- Minta bantuan siswa lain untuk membantu melakukan mendampingi pada selama mengerjakan tugas;
Strategi menangani perilaku hiperaktif:
- Memberi kesempatan untuk jeda dari duduknya;
- Beri anak posisi duduk yang memungkinkannya untuk berdiri selama pelajaran tanpa mengganggu siswa lain (posisi dekat dinding kelas, bukan di tengah ruangan);
- Memnafaatkan energi anak untuk meminta bantuannya (seperti membersihkan papan tulis);
- Jika memungkinkan dalam pelajaran ada unsur pergerakan tubuh dan interaksi antar siswa/dengan guru;
- Beri anak dua pilihan kursi, agar ia bisa berpindah dari satu kursi ke kursi yang lain.;
Strategi menangani perilaku impulsif:
- persiapkan siswa untuk masa transisi antar pelajaran
- beri pujian dan penguatan untuk setiap perilaku positif
- beri aturan yang jelas untuk bertindak di dalam kelas
- menjelaskan konsekwensi jika aturan dilanggar dan gunaka secara konsisten.
Selain itu Kita juga perlu memperhatikan beberapa hal di bawah ini agar kita dapat melihat dan memasak secara benar dan tepat, tindakan apa yang harus kita lakukan. Kita sebut saja sebagai terapi.
1. Menentukan Terapi yang cocok untuk anak autis?
Janganlah kita melihat secara sekilas, lihat lah secara lebih mendalam tentang anak/anak didik kita dengan menggunakan asesmen . Asesmen sendiri bertujuan untuk mengetahui tingkat ketidak stabilan emosi anak, tingkat kemampuan yang dimilikinya saat itu, dan mencari tahu apakah terdapat hambatan atau gangguan lain yang menyertai. Bekali diri kita terlebih dahulu dengan mengembangkan ketrampilan-keterampilan dasar seperti, ketrampilan berkomunikasi, dalam hal ini keterampilan menggunakan bahasa ekspresif (mengemukakan isi pikiran atau pendapat) dan bahasa reseptif (menyerap dan memahami bahasa), dan selanjutnya terapkan hal tersebut kepada diri anak, satu per satu bagian keterampilan, jangan berlebihan. Fokuskan untuk menguasai satu keterampilan, misalnya per minggu, minggu berikutnya dengan keterampilan yang lain, dan setelah semua keterampilan dapat dikuasai secara optimal maka kita dapat menggabungkannya dengan berbagai aktivitas kompleks seperti membaca, menulis, bercerita, berdiskusi, membahas masalah yang mereka sukai, rutin setiap hari. Assesmen yang kedua adalah melihat kemampuan mereka mengembangkan keterampilannya sendiri, dari berbagai keterampilan dasar diatas, pasti ada salah satu yang mencolok, misalkan keterampilan bahasa ekspresif ketimbang resetif, maka bantu dia untuk mengembangkan ketrampilan bantu diri atau self-help, ketrampilan berperilaku yang pantas di depan umum, dan lain-lain. Dengan kata lain, terapi untuk anak autis bersifat multiterapi.
2. Cari kendala paling sulit pada saat terapi anak autis?
Jangan kita kira bahwa anak autis adalah anak yang memiliki ribuan aktivitas yang tidak ada hentinya, tidak semua!. Terkandang dan tidak jarang kita menemukan anak yang pendiam. Bahkan tidak mendengarkan instruksi kita sebagai guru/orang tua. Mereka menolak, atau bahkan brontak. Nah hal inilah yang perlu kita cari dan ketahui, khususnya seorang guru yang baru menggenal dengan anak autisnya yang baru saja masuk sekolah.. :-)
Untuk itulah, kita kenali dulu, dan baru lanjut ke tahap berikutnya.
3. Cari tahu bagaimana sikap anak autis saat menjalani terapi?
Ini yang perlu kita ketahui dan kita lihat, sikap. Sikap apa yang mereka munculkan ketika dia sefang menjalani terapi. Anak autis sebagian cenderung tertarik terhadap benda dibandingkan orang yang ada sekitarnya.
4. Apa perubahan yang diharapkan setelah terapi?
Terapi ini memiliki tujuan, yakni tujuan yang ingin kita capai tentunya. Kita berharap misalnya, anak autis mampu berkomunikasi, yang tadinya cenderung bersifat satu arah menjadi dua arah. Pembicaraan dengan mereka menjadi "nyambung". Siapapun, baik kita, orang tua, atau bahkan orang lain akan melihat mereka seperti layangnya anak normal lainnya. Kemudian perubahan lain yang juga diharapkan adalah memiliki ketrampilan bantu diri, kemandirian, serta menyatu dan berfungsi dengan baik di lingkungan sekitarnya. Hasil yang menggembirakan tentu sangat diharapkan oleh seorang guru, apalagi orang tua anak penderita autis itu sendiri. Ini terlihat bila anak tersebut sudah dapat mengendalikan perilakunya sehingga tampak berperilaku normal, berkomunikasi dan berbicara normal, serta mempunyai wawasan akademik yang cukup sesuai anak seusianya. Ingat, bukan memaksa untuk "menjadi" , tetapi membantu untuk "menjadi"
5. Bagaimana mengenai pendidikan anak autis?
Satu lawan satu adalah pendidikan yang paling cocok. Artinya, satu guru satu anak. Namun, perlu diketahui bahwa setiap anak autis memiliki kemampuan serta hambatan yang berbeda-beda. Ada anak autis yang mampu berbaur dengan anak-anak ’normal’ lainnya di dalam kelas reguler dan menghabiskan hanya sedikit waktu berada dalam kelas khusus namun ada pula anak autis yang disarankan untuk selalu berada dalam kelas khusus yang terstruktur untuk dirinya. Anak-anak yang dapat belajar dalam kelas reguler tersebut biasanya mereka memiliki kemampuan berkomunikasi, kognitif dan bantu diri yang memadai. Sedangkan yang masih membutuhkan kelas khusus biasanya anak autis dimasukkan dalam kelas terpadu, yaitu kelas perkenalan dan persiapan bagi anak autis untuk dapat masuk ke sekolah umum biasa dengan kurikulum umum namun tetap dalam tata belajar anak autis, yaitu kelas kecil dengan jumlah guru besar, dengan alat visual/gambar/kartu, instruksi yang jelas, padat dan konsisten, dsb).
7. Bagaimana metode belajar yang tepat bagi anak autis?
Metode belajar yang tepat bagi anak autis disesuaikan dengan usia anak serta, kemampuan serta hambatan yang dimiliki anak saat belajar, dan gaya belajar atau learning style masing-masing anak autis. Metode yang digunakan biasanya bersifat kombinasi beberapa metode. Banyak, walaupun tidak semuanya, anak autis yang berespon sangat baik terhadap stimulus visual sehingga metode belajar yang banyak menggunakan stimulus visual diutamakan bagi mereka. Pembelajaran yang menggunakan alat bantu sebagai media pengajarannya menjadi pilihan. Alat Bantu dapat berupa gambar, poster-poster, bola, mainan balok, dll. Pada bulan-bulan pertama ini sebaiknya anak autis didampingi oleh seorang terapis yang berfungsi sebagai guru pembimbing khusus
8. Pengajar seperti apa yang dibutuhkan bagi anak autis?
Pengajar yang dibutuhkan bagi anak autis adalah orang-orang yang selain memilii kompetensi yang memadai untuk berhadapan dengan anak autis tentunya juga harus memiliki minat atau ketertarikan untuk terlibat dalam kehidupan anak autis, memiliki tingkat kesabaran yang tinggi, dan kecenderungan untuk selalu belajar sesuatu yang baru karena bidang autisma ini adalah bidang baru yang selalu berkembang.
9. Suasana belajar seperti apa yang dibutuhkan anak autis?
Tergantung dengan kemampuan dan gaya belajar masing-masing anak autis. Ada anak autis yang mencapai hasil yang lebih baik bila dibaurkan dengan anak-anak lain, baik itu anak ’normal’ maupun anak-anak dengan kebutuhan khusus lainnya. Ada anak autis yang lebih baik bila ditempatkan pada suasana belajar yang tenang, tidak banyak gangguan atau stimulus suara, warna, atau hal-hal lain yang berpotensi mengalihkan perhatian.
10. Apa saja yang diajarkan dalam pendidikan anak autis?
Komunikasi (bahasa ekspresif dan reseptif), ketrampilan bantu diri, ketrampilan berperilaku di depan umum, setelah itu dapat diajarkan hal lain yang disesuaikan dengan usia dan kematangan anak serta tingkat inteligensi,.
11. Sampai umur berapa tahun anak autis mendapat pendidikan khusus?
Ya tergantung sama kemampuan anak kita, jika memadai terhadap gaya belajar anak, serta sejauh mana kerjasama antara orangtua atau pengasuh dengan pendidik atau terapis.
12. Umur berapa anak sudah dapat dilepas masuk ke sekolah umum?
Lagi-lagi hal ini tergantung pada kemampuan anak.
13. Berapa besar kemungkinan anak autis berbaur dengan murid lain di sekolah biasa?
Kemungkinan selalu ada. Akan tetapi semua itu tergantung pada kemampuan anak autis tersebut dan apakah sistem pendidikan atau fasilitas di sekolah ’biasa’ itu mendukung berbaurnya anak autis dengan murid-murid lain dalam kelar reguler.
14. Apakah pada akhirnya anak autis dapat hidup di lingkungan umum tanpa perlakuan khusus?
Untuk beberapa kasus yang amat jarang terjadi (sampai saat ini), ada individu dengan autisma dengan kemampuan berkomunikasi yang memadai, tingkat inteligensi yang memadai, serta pendidikan dapat mendukung dirinya untuk mandiri dan berbaur dengan lingkungan tanpa perlakuan khusus. Hal ini bergantung pada faktor internal (diri anak autis sendiri) dan faktor eksternal, yaitu lingkungan, apakah sistem di lingkungan mendukung atau memungkinkan anak autis untuk dapat berfungsi secara baik dalam kesehariannya.
Sumber:
http://www.parenting.co.id/archive/web/article/article_detail.asp?catid=2&id=12
http://www.thegraycenter.org/social-stories
0 Komentar
Harap jangan berkomentar yang bersifat spam, yang berbau sara, kata-kata kotor, atau yang bersifat nada keras atau komentar Anda akan kami HAPUS.