Tips Menghadapi Kelas Baru ( Fenomena Ruang Kelas Baru )

September 29, 2010
Hal ini mungkin sering di alami oleh sebagian besar para guru yang baru ditempatkan oleh pemerintan untuk suatu wilayah atau daerah, biasannya terjadi setelah diadakannya Pengumuman lulusan CPNS. Ketika kita ditempatkan untuk pertama kalinya ke suatu sekolah yang belum pernah kita pijak sebelumnya, kita akan dihadapkan dengan masalah perkenalan. Mungkin Tips di bawah ini dapat sedikit membantu anda menghadapi situasi ini.


Kali ini kami akan mengungkapkan sebuah fenomena ruang kelas yang mampu mempengaruhi kita sebagai pendidik dimana kita untuk pertama kalinya menginjak ruang kelas yang belum pernah kita pijak sebelumnya. Ruang kelas adalah dimana kita melakukan aktivitas belajar, sebuah miniatur teater , kelas ini berisikan penonton penonton kecil yang mau tak mau mendengarkan satu peran anda yang anda mainkan. Kita lah sebagai sang bintang pertunjukan, dan ketika Kita berdiri pertama kali diatas panggung, penonton-penonton kecil kita menjadi sangat besar. Semakin terang lampu sorot kita, semakin cepat kita akan menangkap para penonton kita. Kita mungkin akan berbagi panggung dengan murid. Tetapi tanggung jawab kita adalah untuk megarahkan peran kita melalui tujuan tujuan tertentu yang harus dipahami, peran mereka adalah mengikuti, meskipun dapat pula diterima perubahan-perubahan dalam naskah yang dapat meraka ajukan secara sepontan.


Murid-murid kita akan mendapatkan sinyal-sinyal dari kita, maka sangatlah penting jika kita berfikir sebelum kita naik keatas panggung, bagaimana kita akan membawakan karakter kita. Kesan seperti apa yang akan kita gambarkan kepara para murid ? Dan bagaimanakah harapan yang kita bayangkan terhadap apa yang mereka lihat pada diri kita ? Apakah sebagai ahli sains, teman gaul yang tahu tentang ilmu dan teknologi, guru paling kejam tetapi juga paling keren didunia, seorang tokoh tata bahasa dan budaya , seorang humoris yang memiliki jiwa kepemimpinan , ataukah pelatih yang kuat sekaligus lembut bagi meraka ??

Berpura-pura menjadi seseorang yang bukan diri kita adalah ide yang sangat buruk dan pastinya akan gagal karena sehebat apapun kita mengubur karakter asli kita, murid akan dengan mudah mecium bau kita, sesuatu yang memang terdapat didalam diri kita, karena murid kita adalah seseorang yang pandai dengan setiap detik pandangan dan pendengaran yang hanya tertumpu pada sebuah lakon yang kita mainkan di depan kelas.

Mereka akan menentukan orang seperti apakah kita dalam momen-momen pertama mereka. Mereka akan melihat baju kita, rambut, warna kulit ( tidak untuk menghakimi kita, namun mereka lebih melihat bagaimana kita akan menghakimi mereka). Meraka akan mencatat bahasa tubuh kita yang paling halus, gerak-gerik kita, panjang langkah kita, nada suara, ekspresi kita ketika kita menilai murid yang lain, dan yang paling utama adalah mereka akan memperhatikan tatapan mata kita ketika kita berkontak mata dengan mereka, memutuskan apakah kita terlihat galak, lembut, percaya diri, menyenangkan ataukah membosankan. Semua ini akan terjadi di menit pertama ketika kita berada di ruang kelas mereka, tentunya ketika sebelum kita mengajar. Begitu murid kita menetapkan siapa diri kita, kita akan sulit menyakinkan mereka untuk merubah persepsi mereka. Kita dapat saja merubah pikiran mereka, tetapi itu semua memerlukan banyak waktu dan energi jika kita salah dan memulainya dengan cara yang tidak tepat ( Seperti yang pernah penulis alamin, dan memerlukan waktu 2 bulan hingga suasana dapat berjalan sesuai yang saya harapkan) . Kita mungkin cenderung untuk bertahan dengan cara seperti itu dan berharap segala sesuatunya akan membaik seiring berjalanya waktu, namun bertahan dan berharap adalah sebuah pengganti yang buruk bagi kepercayaan diri dan kepemimpinan kita sebagai orang nomor 1 didalam kelas.

Karakter apapun yang kita pilih seharusnya karakter yang natural, yang alami, yang ada pada diri kita, sehingga kita mampu bertahan lama dengan karakter tersebut hingga akhir pelajaran, kecualai jika anda mampu mengimitasi diri anda hingga waktu yang lama. Penulis tidak menyarankan anda untuk memakai topeng atau merubah karakter anda , tetapi sebagai seorang guru, kita harus mempertimbangkan bagaimana memberikan karakteristik, kemampuan dan bakat unik kita yang terbaik.

Beginilah saya sebagai penulis menggambarkan diri saya sebagai seorang guru : Saya tegas tetapi fleksibel, artinya luwes dalam mengambil keputusan agar dapat diterima oleh semua anggota kelas, lebih memilih humor dari pada ancaman dan tekanan, tidak ada tolerir bagi perlakuan kasar atapun yang yang melanggar norma, semangat dalam bekerja sebagai seorang guru, dan satu lagi, bertegur sapalah dengan murid ketika bertemu diluar sekolah, karena hal ini akan memotivasi diri mereka untuk berbuat hal yang lebih baik karena mereka menganggap kita masih memandang meraka sebagai orang yang memang perlu dihormati. Jangan salah, hal ini akan mengingatkan meraka hingga waktu yang lama, bahkan ketika meraka telah berkeluarga, dan hidup mandiri, setiap apa yang kita ajaran akan senantiasa mereka ingat, karena kita terhormat di mata mereka. Perlu waktu lama untuk menyempurnakan karakter-humoris-konselor bagi saya, dan saya banyak membuat perubahan seiring berjalannya waktu. Sedikit bercerita pengalaman, di tahun pertama saya mengajar, saya berusaha terlalu keras untuk menjadi seorang guru yang cool dan ini malah menimbulkan masalah-masalah kedisiplinan. Saya sering kali bergurau dengan para murid supaya mereka menyukai saya, dan berharap mereka menganggap saya sebagai saudara tua mereka. Yang saya tidak sadari pada saat itu adalah bahwa mereka tidak membutuhkan teman-teman lagi. Mereka telah memiliki banyak teman, yang menawarkan mereka tentang film sepongbob, bertanding bermain kelereng, sepakbola, laying-layang yang telah membuat mereka sering lupa dengan apa yang sebenarnya mereka cari di sekolah mereka. Yang mereka butuhkan sebenarnya adalah seorang guru, seorang dewasa yang menerima tanggung jawab saya sebagai pembimbing mereka dan seorang pemimpin yang terkadang harus menjadi seorang “pecundang” untuk menolong mereka. Selam tahun kedua saya mengajar, saya sering bercanda dengan siswa sehingga pesan saya tidak konsisten, murid saya merespon dengan kenakalan selama kurang lebih 2-3 bulan. Akhirnya, saya memutuskan untuk mencari tau apa kekuatan terbaik dan kelemahan-kelemahan saya. Lalu saya mengkombinasikan tida aset terkuat saya dan menghasilkan suatu kombinasi yang dapat saya banggakan, dan hingga sampai saat ini, kombinasi ini tidak terpatahkan dalam situasi apapun yakni keyakinan bahwa tidak ada yang kebetulan didalam diri siswa, pengendalian kelas bukan pengendalian murid, dan cara berkomunikasi. Mungkin lain waktu saya akan men-share tentang kombinasi ini.
"


Demikian, ini hanya sebagai bahan curhat, bukan sebagai nasehat atau petuah bagi Anda. serta bukan bermaksud untuk menggurui, Saya hanya seorang guru kemarin sore, tidak banyak makan garam. Pengalaman lebih kompleks adalah milik Anda. hehehe…

Trims...
Author: Hary Kurniadi, DII-S1 PGSD BANJARMASIN

Previous
Next Post »
0 Komentar

Harap jangan berkomentar yang bersifat spam, yang berbau sara, kata-kata kotor, atau yang bersifat nada keras atau komentar Anda akan kami HAPUS.