Showing posts with label Kumpulan Kisah-kisah Keteladanan. Show all posts
Showing posts with label Kumpulan Kisah-kisah Keteladanan. Show all posts

Kisah Teladan - IBU ataukah ANAK ?

January 10, 2011 Add Comment
Seorang lelaki berjalan mundar-mandir di lorong hospital, gelisah akan keadaan isterinya yang akan melahirkan anak sulung mereka.Setelah beberapa jam ia menunggu, tak jua terdengar tangisan bayi. Tiba-tiba,seorang doktor berjalan tergopoh-gopoh keluar dari ruang persalinan menuju kearahnya.


"Bagaimana keadaannya doktor?" tanyanya penuh harap.
"Maaf encik, kami sudah berusaha, keadaannya amat kritikal. Si ibu sudah tak sedarkan diri! " jawab doktor itu.
"Jadi bagaimana doktor ...?"
"Kami tak mungkin dan berupaya untuk menyelamatkan keduanya, tapi masih ada harapan. Kami hanya punya satu pilihan, menyelamatkan si ibu, atau menyelamatkan si bayi!"


Lelaki tersebut kebingungan, dan tak dapat berkata-kata.......
"Maaf encik, setiap saat amat berharga, tolong cepat untuk membuat pilihan!"
desak doktor itu.

Akhirnya, dengan berat hati lelaki itupun berkata dengan nada sayu,

"Doktor,
saya sangat bingung ... Saya serahkan sepenuhnya kepada doktor. Tolong lakukan
yang terbaik!" pintanya.

Doktor pun bergegas kembali ke ruang persalinan. Nampaknya dia sudah
berpengalaman menangani masalah darurat atau kritikal seperti ini.. Dan dia tahu

apa yang harus dilakukannya ???


Ini adalah salah satu contoh, bagaimana keyakinan beragama boleh mempengaruhi keputusan disaat genting.


*Bagi seorang doktor beragama kristian/katolik, ia akan berusaha menyelamatkan si anak, dan mengorbankan si ibu.*

*Bagi doktor muslim, ia akan berusaha menyelamatkan si ibu, dan mengorbankan si bayi.*

Memang benar, dua-duanya adalah pilihan yang sukar, tapi itulah jalan terakhir dan muktamat.


Mengapa ia boleh berlaku seperti demikian?
Dalam ajaran kristian, setiap manusia yang lahir sudah membawa dosa, doktrin ini dikenal dengan "dosa waris" atau "dosa asal". Manusia yang lahir sudah menanggung dosa Nabi Adam dan Hawa. Untuk menebusnya ia harus mengikuti seorang penyelamat yakni penebus dosa (Ketua Paderi atau Pope).
Doktor Kristian itu akan berjuang sedaya upaya untuk menyelamatkan si anak, agar dia dapat lahir dengan sihat dan selamat walaupun sebaliknya terpaksa mengorbankan si ibu . Doktor berharap, setelah anak itu lahir ia akan mendapat kesempatan untuk dibaptiskan, untuk tujuan menebus dosanya. Jika si anak meninggal sebelum dibaptiskan, anak itu akan masuk neraka. Sebab, dosanya belum sempat ditebus.

Dalam ajaran Islam, setiap manusia lahir dalam keadaan fitrah/suci. Doktor muslim akan berjuang menyelamatkan si ibu, kerana dia tidak bimbang yang bayi akan masuk neraka. Dengan terselamatkannya si ibu, insyaAllah setelah sihat kembali akan dikurniai kekuatan untuk mengandung lagi dan mudah-mudahan mendapatkan ganti yang lebih baik, yang lebih soleh. Sedangkan anak yang tak sempat terselamatkan, biarlah ia kembali kepada Allah dalam keadaan suci. Mungkin lebih baik sekiranya bayi itu tidak dilahirkan di dunia yang penuh tipu daya ini agar hidupnya kelak tidak menjadi orang yang tersesat.

Demikianlah, dalam keadaan serba salah lelaki itu tak sempat untuk memastikan agama doktor tadi. Dan ia sudah berserah sepenuhnya kepada doktor itu.


Di dunia ini ada banyak agama dan kepercayaan. Pemahaman kita terhadap ajaran agama yang kita anut, akan menentukan jalan hidup kita..

Itu sebabnya amat penting bagi kita orang Islam menentukan yang bakal menerima kelahiran anak kita adalah seorang doktor muslim.

Sejak bangun tidur, kita sudah dihadapkan kepada pilihan.


1. Meneruskan tidur, atau bangun sholat subuh?
2. Untuk lunch dahulu, atau sholat zohor dahulu?
3. Setelah habis kerja, adakah terus pulang ke rumah, atau singgah ke warung kopi/disco dahulu?

4. Ikut terlibat melakukan pecah amanah, atau dimusuhi rakan sekerja?
5. Menyegerakan berkawin, atau menundanya dulu?
6. Hidup mulia di sisi Allah, atau mulia dalam pandangan manusia?
7. Dan banyak lagi.....

Kita akan sering dihadapkan pada pilihan-pilihan yang lebih sukar, dan melibatkan akibat atau natijah yang sangat ditakuti.

###Kesimpulannya perbanyakkanlah muhasabah diri dan tambahkan ilmu dengan majelis--majelis ILMU###

Mudah²an kita semua selamat di dunia & di akhirat.
Amiin Allahuma amiin

Smg brmanfaat
Wassalam.

Resource :
ADMINISTRATOR #3 ( On Facebook )

Silahkan baca kisah religi lainnya :

  1. Kisah Keteladanan - "Tangisan Seorang Bapak Tua Di Alam Kuburnya."
  2. Kisah Keteladanan - "Tiga Pertanyaan - Fakta Tentang adanya Sang Pencipta"
  3. Kisah Keteladanan - "Keyakinan Dan Prasangka Baik"
  4. Kisah Religi - " Musuh Islam "
  5. Kisah Religi - "Anugerah Terindah"

Kisah Religi - Anugerah Terindah

January 05, 2011 Add Comment
OLEH: FITHRI

Anak lelaki itu berumur lima atau enam tahun. Ia mengenakan kemeja putih dan pullover kotak-kotak hijau dengan logo taman kanak-kanak di dada kiri. Di bahunya tersandang tas punggung merah dan di dadanya tersilang tali botol minuman. Ia kelihatan lucu dan manis.

Begitu naik ke dalam angkot, bocah itu menunjukkan hasil origaminya pada wanita yang mungkin ibunya. Seekor burung yang sedikit kusut dan penyok. Ia juga menyanyikan lagu baru yang diajari gurunya hari itu.

Lihat ibu keretaku yang baru cukup besar untuk ayah dan ibu roda tiga buatanku sendiri dari kulit buah jeruk bali..." Aku tersenyum geli mendengar suaranya yang agak sumbang tapi penuh semangat. Bocah itu balas tersenyum padaku, kemudian kembali asyik memberondong ibunya dengan berbagai cerita. Mulutnya tak henti mengunyah donat yang barangkali dibelikan ibunya di depan sekolah. Ibunya menyahut sesekali dengan anggukan atau gumaman setengah tak peduli, sementara tangannya mengibaskan lukisan krayon anaknya untuk menghalau panas.

Aku tidak menyalahkannya. Cuaca siang itu memang panas dan kemacetan jalan membuat udara pengap. Melihat bungkusan yang terserak di kakinya, aku yakin ia telah menghabiskan paginya untuk berbelanja kebutuhan dapur. Tak heran ia kelihatan sangat letih, mengantuk dan tak begitu bersemangat mendengar cerita anaknya di sekolah hari itu.

Atmosfer yang menyengat tidak mengalihkan perhatianku dari anak itu. Kureguk tiap kata dan lagu yang dinyanyikannya seperti pengelana kehausan yang menemukan wadi di tengah gurun. Alangkah rindunya aku akan semua itu. Aku tak ingin membandingkan anakku dengan bocah lucu di angkot itu, tapi mau tak mau Khalid singgah ke dalam benakku dan merusak kenikmatanku.

Setiap kali memeriksakan diri selama mengandung Khalid, bidan selalu mengatakan kehamilanku normal dan bayiku sehat. Karena itu aku dan suami sama sekali tak siap waktu dokter memberi tahu bahwa Khalid tidak normal. Ia lahir dengan Down syndrome.

Menyakitkan. Masa depan anakku sudah ditentukan oleh dokter hanya beberapa menit setelah kelahirannya. Khalid tidak akan tumbuh seperti anak normal dan dia tidak akan bisa menjadi orang dewasa normal yang mampu mengurus dirinya sendiri.

Selain itu dokter juga menemukan kelainan pada jantungnya yang harus diperbaiki dengan pembedahan. Ada juga gangguan mata dan tonsil. Hal yang menurut dokter biasa menimpa anak Down syndrome.

Shock yang kualami setelah melahirkan Khalid cukup berat hingga aku harus dirawat agak lama di rumah sakit. Aku sangat tertekan hingga bahkan tak bisa menyusui Khalid. Dokter memperkenalkanku dengan wanita pakar penanganan anak Down syndrome. Wanita itu memberikan buku-buku dan brosur kepada kami.

Tapi, semua yang kubaca malah semakin membuatku tertekan. Sejak dokter menyatakan bahwa aku positif mengandung, aku selalu berdoa dan bermimpi tentang seorang anak yang cerdas dan lincah. Anak yang akan kubimbing mengenal Allah dan Rasul-Nya. Yang akan kuajari mengaji dan shalat agar ia bisa mendoakan kedua orang tuanya. Ia akan kubawa tafakur alam ke tempat-tempat yang indah agar pandai bersyukur dan memiliki sifat tawadlu.

Aku akan memperkenalkannya pada saudara-saudaranya yang yatim dan papa agar hatinya lembut dan peka. Yang akan mencintai buku-buku seperti aku dan ayahnya. Anak yang akan jadi seorang pejuang di jalan Allah, demi kebangkitan dan kejayaan Islam seperti panglima gagah itu, Khalid bin Walid.

Kubayangkan jari mungil anakku menyusuri huruf-huruf dalam lembaran mushaf Al Qur-an. Jika lelaki, ia pasti lucu dalam baju koko dan peci mungilnya dan jika perempuan, ia pasti manis dalam jilbab kecilnya yang berbunga dan berenda.

Rasanya aku bahkan sudah bisa mendengar suaranya yang bening melantunkan ayat-ayat suci itu. Suara terindah yang pernah kudengar.

Lalu ke mana bisa kukubur kecewaku saat mendapati Khalid tak mungkin mewujudkan semua impianku. Aku hanya bisa berdoa siang malam memohon kekuatan. Aku mengintrospeksi diri, mengingat kembali apa yang telah kulakukan hingga Allah menghukumku dengan memberikan Khalid.

Hingga suatu hari kalimat itu menohokku. Anakku adalah amanat-Nya, bukan hukuman, bukan aib. Hanya titipan, bukan milikku. Apakah aku berhak menggugat jika titipan-Nya ternyata tidak seperti anak-anak lain? Aku hanya ditugaskan menjaga dan mengasuhnya dengan cinta, karena ia dititipkan Allah yang rahman dan rahim-Nya tak pernah surut dari sisiku. Bukan tugasku menilai apakah Khalid layak jadi anakku atau tidak. Setelah itu aku kembali menemukan ketenangan.

Tapi tak urung kesedihan itu kerap. Sangat menyakitkan. Tiap kubawa Khalid ke dokter dan melihat ibu lain dengan bayi seumur Khalid, aku kembali terbenam dalam kepiluan. Entah untuk Khalid atau untuk diriku sendiri.

Bulan demi bulan berlalu. Sementara bayi lain mulai tertawa dan mengeluarkan suara-suara lucu, Khalid hanya diam. Ia memandang kosong ke depan. Tiap hari suamiku dan aku harus bergantian merangsang otaknya dengan mainan warna-warna dan kerincingan yang ribut. Khalid baru menunjukkan reaksi saat usianya hampir delapan bulan.


Khalid baru belajar berjalan di usia dua tahun. Bicaranya tak pernah selancar anak-anak lain dan kosa katanya sangat terbatas. Ia tak bisa mandi dan berpakaian sendiri hingga usianya hampir sembilan tahun. Ia harus disuapi tiap waktu makan sampai ia bisa makan sendiri beberapa bulan terakhir ini.

Yang paling menjengkelkan, sulit sekali membiasakannya buang air di kamar mandi walaupun aku dan suamiku sudah mengajarinya selama delapan tahun dari sepuluh tahun usianya. Mengajari Khalid salat dan mengaji hampir tak mungkin. Khalid hanya bisa mengikuti gerakan-gerakan salat tanpa bisa menghafal bacaannya. Setelah beberapa lama, kami menyadari kesalahan kami dan mulai dari awal sekali. Mengakrabkan Khalid dengan Allah dan Islam. Sesuatu yang lebih mudah dilakukan dan dipahami Khalid.

"Di belakang rumah ada pohon jambuu..." suara lantang bocah berseragam TK diangkot itu mengembalikan perhatianku pada polahnya yang kocak. Tapi kali itu aku tak bisa menikmatinya tanpa merasa iri. Iri pada ibu yang tak menyadari besarnya nikmat Allah yang dimilikinya. Ada kegeraman dan rasa kasihan pada diri sendiri yang tiba-tiba bergolak dan menenggelamkanku. Membuat dadaku sesak dan leherku tercekik. Aku tak tahu apakah harus menyesal atau gembira saat anak itu akhirnya turun dari angkot.

Di bangku yang mereka tinggalkan kulihat burung-burungan kertas itu gepeng. Kupungut dan kuperbaiki. Tiba-tiba mataku kabur oleh air mata. Khalid tak bisa melukis dengan krayon atau membuat origami. Koordinasi tangannya lemah sekali. Dalam kepalanku yang gemetar, burung-burungan itu kuremas menjadi gumpalan kertas. Aku tak sanggup lagi menahan isak. Dengan suara tercekat kusuruh sopir berhenti. Kusodorkan ongkos dan turun, walaupun rumahku masih jauh. Aku duduk di halte yang sepi. Menarik nafas dalam-dalam dan mengeringkan air mata.

Saat aku menengadah mataku tertambat pada papan putih di seberang jalan. Sebuah masjid. Ya Allah, inikah teguran-Mu.? Aku menyeberang. Segera kuambil wudhu dan salat dua rakaat. Air mataku menetes saat kubaca ayat kedua belas dari surat lukman... Anisykurlillahi.... Usai mengucap salam aku tercenung. Kekalutan yang sempat menguasai sudah berhasil kukendalikan. Aku merasa kosong, tapi damai. Lalu satu- satu fragmen kehidupan Khalid mulai kembali ke dalam benakku.

Bukan gambaran muram tentang kekurangannya, tapi keistimewaan-keistimewaan kecil yang mengimbangi dan melengkapi hidupnya. Khalid suka sekali musik. Ia sulit menangkap dan menghafal lirik, tapi kenikmatan yang terlukis di wajahnya saat mendengarkan musik adalah keindahan tersendiri. Ia juga tak pernah nakal dan usil, selalu ramah dan murah senyum. Ia tak pernah marah dan ngambek, dan jika dimarahi, cepat kembali ceria. Ia sangat mencintai adiknya Fatimah, yang lahir empat tahun lalu. Kami sempat khawatir Khalid akan cemburu dengan kehadiran adiknya. Tapi ia malah antusias membantuku mengurus Fatimah. Sering kudapati Khalid duduk menatap adiknya yang tertidur dengan ekspresi terpesona yang tak terlukiskan. Fatimah normal dan cerdas sekali tapi ia menerima abangnya tanpa syarat.

Kemesraan di antara keduanya selalu menerbitkan syukur di hatiku dan ayah mereka. Mengurus Khalid memang menuntut kesabaran dan kegigihan ekstra dibandingkan mengasuh anak biasa. Tapi Khalid memang bukan anak biasa. Ia telah mengajarkan kepada kami makna mencintai tanpa pamrih yang hakiki. Di zaman saat orang memburu segala yang superlatif; tercantik, terpandai, tergesit, adikku tidak akan bisa bersaing. Ia tidak mungkin menjadi teknolog, ekonom atau da'i tersohor.

Tapi apakah itu akan mengurangi cinta kami padanya? Mengurangi kegembiraan melihat prestasi-prestasi kecilnya yang dianggap remeh dan sepele orang lain seperti bisa berpakaian dan makan sendiri? aku dan ayahnya tak akan memperoleh apa-apa darinya. Kemungkinan besar Khalid akan terus tergantung pada kami. Dan setelah kami tak sanggup lagi, mungkin pada Fatimah. Tapi kami memang tak lagi mengharapkan apapun darinya. Kami hanya mencintainya.

Kudorong gerbang rumah dan kuserukan salam. Sahutan riang menyambutku. Pintu terkuak. Fatimah menghambur memelukku sementara abangnya tersenyum lebar sambil berjalan goyah di belakangnya. "Ibu bawa apa, bawa apa?" tanya Fatimah. Ia memekik ketika kukeluarkan sekantung mangga ranum dari keranjang belanjaku. Khalid tersenyum. Matanya yang semula kosong berbinar. Mangga adalah buah kesukaannya. Aku masuk ke kamar untuk berganti baju setelah berpesan pada pembantu untuk mencuci dan mengupaskan mangga buat anak-anak. Saat aku keluar, mereka tidak berada di meja makan. Kupanggil mereka dan kudengar sahutan dari halaman belakang.

Di depan kandang burung parkit Fatimah melonjak-lonjak dan tertawa melihat abangnya dengan sabar menyodorkan potongan mangga lewat jeruji bambu. "Ayo kuning! Jangan diam saja! Tuh diambil si hijau deh!" teriak Fatimah. Satu demi satu burung-burung parkit dalam kandang terbang menyambar potongan mangga dari tangan Khalid. Aku bertasbih. Mataku pedih. Sudah lama aku mengamati keistimewaan Khalid untuk mencintai dengan keikhlasan yang bersih dari egoisme anak seusianya.

Cintanya sangat tulus pada burung-burung kesayangan suamiku, pada ikan hias dan ayam kate yang kami pelihara untuk mengajar anak-anak bertanggung jawab. Bahkan pada bunga-bungaku di kebun. Ia gembira mengurus semua itu, walaupun tak pernah mendapat imbalan apapun dari kami. Kelembutannya terulur bahkan pada kucing-kucing liar yang sering diberinya makan atau anak-anak tetangga yang kerap mendapat bagian dari jatah kue dan buahnya tanpa menuntut balasan apapun. Aku memang tak punya alasan untuk bersedih dan kecewa.

Khalid mungkin tak bisa membaca dan mengaji. Tapi perasaannya halus dan penuh kasih sayang. Dan aku sangat bersyukur atas kelebihannya.**** Perasaan yang sama seperti itu lah yang juga aku rasakan dengan karunia terindah dari NYa berupa seorang adik yang memiliki byk kekurangan ttp ia juga memikili suatu kelebihan yang sangat kami banggakan., di balik semua kekurangannaya itu kami sekeluarga tetap sangat mencintai dan menyayanginya setulus hati. Ya Rabbi Engkau mengetahui segala sesuatu yang telah Engkau rencanakan kpd kami., seandainya terjadi sesuatu kpd kami sekeluarga hamba memohon tolong jaga dan pelihara adikku sebagaimana Engkau menjaga dan memelihara kesucian dan kemurnian dan KalamMu.... amiiin Allahuma amiiin

Dikutip oleh Autohor :
ADMINISTRATOR #3
Lisa Fitrianianti


Silahkan baca kisah religi lainnya :
  1. Kisah Keteladanan - "Tangisan Seorang Bapak Tua Di Alam Kuburnya."
  2. Kisah Keteladanan - "Tiga Pertanyaan - Fakta Tentang adanya Sang Pencipta"
  3. Kisah Keteladanan - "Keyakinan Dan Prasangka Baik"
  4. Kisah Religi - " Musuh Islam "
  5. Kisah Religi - "Anugerah Terindah"

Jika ada komentar, silahkan tinggal kan di kotak komentar, atau kotak comment facebook dibawah ini.
terima kasih

Kisah Religi - " Musuh Islam "

January 05, 2011 Add Comment
Renungan yang patut dibaca
Artikel ini datangnya dari: Portal Komuniti :: Ukhwah.com

Assalamualaikum dan Renungkanlah cerita ini. seorang wanita berjilbab rapi tampak sedang bersemangat mengajarkan sesuatu kepada murid-muridnya. Ia duduk menghadap murid-muridnya. Di tangan kirinya ada kapur, di tangan kanannya ada pemadam.

Sang guru berkata,"Saya punya permainan... Caranya begini, di tangan kiri saya ada kapur, di tangan kanan ada pemadam. Jika saya angkat kapur ini,maka berserulah "Kapur!", jika saya angkat pemadam ini, maka berserulah "Pemadam!"

Murid muridnya pun mengerti dan mengikuti. Sang guru berganti-gantian mengangkat antara kanan dan kiri tangannya, semakin lama semakin cepat. beberapa saat kemudian sang guru kembali berkata, "Baik sekarang perhatikan. Jika saya angkat kapur, maka berserulah "Pemadam!", jika saya angkat pemadam, maka katakanlah "Kapur!".

Dan diulangkan seperti tadi, tentu saja murid-murid tadi keliru dan kekok,dan sangat sukar untuk mengubahnya. Namun lambat laun, mereka sudah biasa dan tidak lagi kekok. Selang beberapa saat, permainan berhenti. Sang guru tersenyum kepada murid-muridnya.

"Anak-anak, begitulah kita ummat Islam. Mulanya yang haq itu haq, yang bathil itu bathil. Kita begitu jelas membedakannya. Namun kemudian, musuh musuh kita memaksakan kepada kita lewat berbagai cara, untuk menukarkan sesuatu, dari yang haq menjadi bathil, dan sebaliknya. Pertama-tama mungkin akan sukar bagi kita menerima hal tersebut, tapi karena terus disosialisasikan dengan cara-cara menarik oleh mereka,akhirnya lambat laun kalian terbiasa dengan hal itu. Dan anda mulai dapat mengikutinya. Musuh-musuh kalian tidak pernah berhenti membalik dan menukar nilai dan etika."

"Keluar berduaan, berkasih-kasihan tidak lagi sesuatu yang pelik, zina tidak lagi jadi persoalan, paka ian seksi menjadi hal yang lumrah, sex sebelum nikah menjadi suatu hiburan dan trend, materialistik kini menjadi suatu gaya hidup dan lain lain." "Semuanya sudah terbalik. Dan tanpa disedari, anda sedikit demi sedikit menerimanya. Paham?" tanya Guru kepada murid-muridnya. "Paham cikgu..."

"Baik permainan kedua..." begitu Guru melanjutkan. "Cikgu ada Qur'an,cikgu akan letakkannya di tengah karpet. Sekarang anda berdiri di luar karpet. Permainannya adalah, bagaimana caranya mengambil Qur'an yang ada di tengah tanpa memijak karpet?" Murid-muridnya berpikir . Ada yang mencuba alternatif dengan tongkat, dan lain-lain.

Akhirnya Sang Guru memberikan jalan keluar, digulungnya karpet, dan ia ambil Qur'an. Ia memenuhi syarat, tidak memijak karpet. "Murid-murid,begitulah ummat Islam dan musuh-musuhnya...Musuh-musuh Islam tidak akan memijak-mijak anda dengan terang-terang...Kerana tentu anda akan menolaknya mentah mentah. Orang biasapun tak akan rela kalau Islam dihina dihadapan mereka. Tapi mereka akan menggulung anda perlahan-lahan dari pinggir, sehingga anda tidak sadar." "Jika seseorang ingin membuat rumah yang kuat, m aka dibina tapak yang kuat. Begitulah Islam, jika ingin kuat, maka bangunlah aqidah yang kuat. Sebaliknya, jika ingin membongkar rumah,tentu susah kalau tapaknya dulu, tentu saja hiasan-hiasan dinding akan dikeluarkan dulu, kerusi dipindahkan dulu, Almari dibuang dulu satu persatu, baru rumah dihancurkan..." "Begitulah musuh-musuh Islam menghancurkan kita. Ia tidak akan menghentam terang-terangan, tapi ia akan perlahan-lahan meletihkan anda. Mulai dari perangai anda, cara hidup, pakaian dan lain-lain, sehingga meskipun anda muslim, tapi anda telah meninggalkan ajaran Islam dan mengikuti cara yang mereka... Dan itulah yang mereka inginkan."

"Ini semua adalah fenomena Ghazwul Fikri (perang pemikiran). Dan inilah yang dijalankan oleh musuh musuh kita... "Kenapa mereka tidak berani terang-terang memijak-mijak cikgu?" tanya mereka. Sesungguhnya dahulu mereka terang-terang menyerang, misalnya Perang Salib, Perang Tartar, dan lain-lain. Tapi sekarang tidak lagi." "Begitulah Islam... Kalau diserang perlahan-lahan, mereka tidak akan sadar,akhirnya hancur. Tapi kalau diserang serentak terang-terangan, mereka akan bangkit serentak, baru mereka akan sadar."

"Kalau begitu, kita selesaikan pelajaran kita kali ini, dan mari kita berdoa dahulu sebelum pulang..."

Matahari bersinar terik tatkala anak-anak itu keluar meninggalkan tempat belajar mereka dengan pikiran masing-masing di kepalanya.

Dikutip langsung oleh :
Administrator #3



Silahkan baca kisah religi lainnya :
  1. Kisah Keteladanan - "Tangisan Seorang Bapak Tua Di Alam Kuburnya."
  2. Kisah Keteladanan - "Tiga Pertanyaan - Fakta Tentang adanya Sang Pencipta"
  3. Kisah Keteladanan - "Keyakinan Dan Prasangka Baik"
  4. Kisah Religi - " Musuh Islam "
  5. Kisah Religi - "Anugerah Terindah"

Jika ada komentar, silahkan tinggal kan di kotak komentar, atau kotak comment facebook dibawah ini.
terima kasih

Kisah Keteladanan - Keyakinan Dan Prasangka Baik

January 05, 2011 Add Comment
Seorang murid mendambakan syeikh yang akan menyampaikannya kepada Allah. Meski sudah berusaha keras, ia tak berhasil menemukan syeikh yang diidamkan.Suatu hari ada yang berkata kepadanya bahwa ia tidak akan menemukan seorang syeikh yang dapat menyampaikannya kepada Allah kecuali Fulan bin Fulan yang tinggal disuatu kota. Ia pun segera berangkat ke kota itu. Setelah sampai di sana, ia menanyakan tentang orang yang dimaksud. Penghuni kota menun- jukkan kepadanya seorang lelaki yang berperangai buruk dan suka bermaksiat. Ia mendatangi rumah orang itu dan mengetuk pintunya.

"Siapa?" tanya pemilik rumah."Fulan," jawabnya.

Pemilik rumah sedang menunggu orang yang kebetulan namanya sama dengan nama si murid. Ia telah berjanji kepadanya untuk bersenang-senang dengan wanita dan minuman memabukkan. Ia lalu membukakan pintu karena mengira bahwa tamu itu adalah temannya.Si murid masuk ke dalam rumah. Ketika menatap wajah pemilik rumah, ia lalu duduk bersimpuh dan menangis. Pertemuan dengan sang calon syeikh ini begitu mengharukannya sehingga ia tidak melihat wanita-wanita dan minuman keras yang ada di situ.
"Apa yang terjadi denganmu?" tanya pemilik rumah keheranan."Aku ingin agar kamu menyampaikan aku kepada Allah. Aku telah berusaha mencari guru, tetapi tidak menemukan selain kamu," kata si murid dengan suara sendu.Karena ingin segera terbebas dari orang yang tampak aneh ini, lelaki itu berkata sekenanya, "Pergilah ke tempat A, di bawah gunung B. Di sana akan kamu temukan air. Berwudhulah dengan air itu kemudian beribadahlah di situ sampai Allah memberimu fath."

Si murid segera keluar melaksanakan perintah syeikhnya. Ia beribadah dengan sungguh-sungguh sampai akhirnya Allah memberinya fath. Setelah menerima fath dari Allah, ia akhirnya tahu bahwa orang yang selama ini dianggap sebagai syeikhnya ternyata adalah manusia yang berperangai buruk dan suka bermaksiat kepada Allah.

Si murid kemudian mulai dikenal orang. Kesalehannya menjadi buah bibir masyarakat. Manusia mulai berdatangan, ada yang ingin menuntut ilmu, ada juga yang sekedar ingin memperoleh keberkahan. Bertambah hari muridnya bertambah banyak. Suatu hari ia jatuh sakit. Ketika penyakitnya menjadi semakin parah, para muridnya bertanya, "Guru, siapa yang akan kamu angkat untuk mengantikan kedudukanmu jika kamu wafat ?"
"Fulan bin Fulan yang suka bermaksiat. Karena itu, bertawajuhlah kalian kepada Allah, berdoalah, agar sebelum aku meninggal dunia, Allah telah merubah keadaannya menjadi yang terbaik, dan memberinya petunjuk, karena sesungguhnya aku tidak akan mencapai kedudukan ini kalau bukan karena dia. Bertawajuhlah kepada Allah!"

Allah mengabulkan doa mereka. Lelaki itu bertobat dan menjadi murid dari mantan muridnya. Ia berusaha sungguh-sungguh untuk mendekatkan diri kepada Allah di bawah bimbingan gurunya. Sepeninggal sang guru, ia dipercaya untuk menggantikan kedudukannya.Barangsiapa bertobat, Allah akan menerima tobatnya. Karena lelaki tadi mendekatkan diri kepada Allah dengan sidq (kesungguhan), ia mencapai kedudukan yang tinggi. Barang siapa menghadap Allah dengan sidq, ia akan mencapai apa yang telah dicapai oleh orang-orang yang sempurna. (I:136)

--------------------------------------------end----------------------------------------
Asli :
Habib Muhammad bin Hadi bin Hasan bin Abdurrahman Asseqaf, Tuhfatul Asyraf-Kisah dan Hikmah
Ditulis kembali di dalam akun facebook oleh : Administrator #3
----------------------------------------------------------------------------------------
Jika ada komentar, silahkan tinggal kan di kotak komentar, atau kotak comment facebook dibawah ini.
terima kasih

--------------------------------------------end----------------------------------------

Silahkan baca kisah religi lainnya :
  1. Kisah Keteladanan - "Tangisan Seorang Bapak Tua Di Alam Kuburnya."
  2. Kisah Keteladanan - "Tiga Pertanyaan - Fakta Tentang adanya Sang Pencipta"
  3. Kisah Keteladanan - "Keyakinan Dan Prasangka Baik"
  4. Kisah Religi - " Musuh Islam "
  5. Kisah Religi - "Anugerah Terindah"

Kisah Keteladanan - "Tiga Pertanyaan - Fakta Tentang adanya Sang Pencipta"

January 05, 2011 Add Comment
Ada seorang pemuda yang lama sekolah di negeri Sam kembali ke tanah air. Sesampainya di rumah ia meminta kepada orang tuanya untuk mencari seorang Guru agama, siapapun yang boleh menjawab 3 pertanyaannya. Akhirnya Orang tua pemuda itu mendapatkan orang tersebut.

Anda siapa? Dan apakah boleh anda menjawab pertanyaan-pertanyaan saya?” Pemuda bertanya. “Saya hamba Allah dan dengan izin-Nya saya akan menjawab pertanyaan saudara.” Jawab Guru Agama. “Anda yakin? sedang Profesor dan banyak orang pintar saja tidak mampu menjawab pertanyaan saya.” Jawab Guru Agama “Saya akan mencuba sejauh kemampuan saya

Pemuda : “Saya punya 3 pertanyaan ! "

  1. Kalau memang Tuhan itu ada, tunjukan kewujudan Tuhan kepada saya!
  2. Apakah yang dimaksudkan dengan takdir?
  3. Kalau syaitan diciptakan dari api kenapa dimasukan ke neraka yang dibuat dari api?, tentu tidak menyakitkan buat syaitan, sebab mereka memiliki unsur yang sama. Apakah Tuhan tidak pernah berfikir sejauh itu?”

Tiba-tiba Guru Agama tersebut menampar pipi si Pemuda dengan kuat. Sambil menahan kesakitan pemuda berkata “Kenapa anda marah kepada saya?” Jawab Guru Agama “Saya tidak marah… Tamparan itu adalah jawapan saya kepada 3 pertanyaan yang anda ajukan kepada saya”.



“Saya sungguh-sungguh tidak faham”, kata pemuda itu. Guru Agama bertanya “Bagaimana rasanya tamparan saya?”. “Tentu saja saya merasakan sakit”, jawab pemuda. Guru Agama bertanya ” Jadi anda percaya bahawa sakit itu ada?”. Pemuda itu mengangguk tanda percaya. Guru Agama bertanya lagi, “Tunjukan pada saya wujud sakit itu!” , “ Tidak bisa”, jawap pemuda dengan bingung. “Itulah jawapan pertanyaan pertama: kita semua merasakan kewujudan Tuhan tanpa mampu melihat wujudnya.” Terang Guru Agama.

Guru Agama bertanya lagi, “Apakah tadi malam anda bermimpi akan ditampar oleh saya?”. “Tidak” jawab pemuda. “Apakah pernah terfikir oleh anda akan menerima sebuah tamparan dari saya hari ini?” “Tidak” jawab pemuda. “Itulah yang dinamakan Takdir” Terang Guru Agama.



Guru Agama bertanya lagi, “Diperbuat dari apa tangan yang saya gunakan untuk menampar anda?”. “kulit”. Jawab pemuda. “Pipi anda diperbuat dari apa?”, “ Kulit “ Jawab pemuda. “Bagaimana rasanya tamparan saya?”, guru agama itu kembali bertanya. “Sakit.” Jawab pemuda. “Walaupun Syaitan terbuat dari api dan Neraka terbuat dari api, jika Tuhan berkehendak maka Neraka akan menjadi tempat menyakitkan untuk syaitan.” Terang Guru Agama.



Semoga cerita ini membawa hikmah tersendiri bagi kita.
Amin............

Author / Sumber:
ADMINISTRATOR #3
Lisa Fitrianita

Silahkan baca kisah religi lainnya :
  1. Kisah Keteladanan - "Tangisan Seorang Bapak Tua Di Alam Kuburnya."
  2. Kisah Keteladanan - "Keyakinan Dan Prasangka Baik"
  3. Kisah Religi - " Musuh Islam "
  4. Kisah Religi - "Anugerah Terindah"