Latar Belakang Jigsaw
Sejarah Jigsaw
Pelaksanaan Jigsaw secara Umum dalam Proses Pembelajaran 1
Pelaksanaan Jigsaw secara Umum dalam Proses Pembelajaran 2
Tujuan pendidikan dasar adalah mengembangkan sikap dan memberi kemampuan dasar untuk hidup dalam masyarakat serta mempersiapkan peserta didik yang memenuhi persyaratan untuk mengikuti pendidikaan menengah. Maka untuk meningkatkan mutu pendidikan pemerintah selalu mengembangkan kurikulum dan sistem pembelajaran. Demikian pula dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) selalu diadakan inovasi. IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Berdasarkan pada pendekatan keterampilan proses pembelajaran IPA mencakup proses perolehan pengetahuan melalui pengamatan, penggalian, penelitian, penyampaian informasi dan produk (pengetahuan ilmiah) yang diperoleh dari berfikir dan bekerja ilmiah. Cara tersebut diharapkan dapat membantu siswa dalam mengatasi berbagai masalah yang dihadapi. Ilmu Pengetahuan Alam merupakan salah satu mata pelajaran yang penting bagi siswa karena peranannya yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari.
a. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Beberapa faktor tersebut adalah :
Pencapaian prestasi belajar anak tidak hanya tergantung dari anak itu sendiri, akan tetapi juga dipengaruhi oleh faktor luar dari diri anak yang sedang melakukan pembelajaran. Menurut Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono (2004:138) prestasi belajar dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor faktor internal dan faktor eksternal.
Faktor-faktor mengenai prestasi belajar dikemukakan Slameto (2003: 54-72) yaitu prestasi belajar dipengaruhi oleh faktor yang berasal dari dalam diri anak (interen) dan faktor yang berasal dari luar anak (eksteren).
Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :
1) Faktor Interen
Faktor interen yang dimaksud di sini adalah faktor yang berasal dari dalam individu yang belajar, yaitu faktor jasmaniah, faktor psikologis, dan faktor kelelahan.
Banyak faktor jasmaniah yang mempengaruhi prestasi belajar di antaranya adalah sehat yang berarti dalam keadaan baik segenap badan beserta bagian-bagiannya atau bebas dari penyakit. Faktor psikologis juga mempengaruhi prestasi belajar antara lain : intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan kesiapan. Faktor lain yang mempengaruhi prestasi belajar yaitu kelelahan, kelelahan dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani. Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh. Sedangkan kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan, sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan atau untuk mendapatkan sesuatu hilang. Agar siswa dapat belajar dengan baik haruslah menghindari jangan sampai terjadi kelelahan dalam belajar.
3) Faktor Eksteren
Faktor eksteren yang dimaksud adalah faktor yang berasal dari luar individu yang belajar yaitu faktor lingkungan, sarana fisik dan non fisik yang menunjang proses belajar mengajar. Kondisi ekstern yaitu mengenai hal-hal dalam situasi belajar dapat dikontrol oleh pengajar sehingga kondisi belajar yang eksteren dapat diatur atau dikontrol dan hanya merupakan suatu bagian dari proses belajar mengajar, tetapi termasuk tugaas guru yang utama dalam mengajar. Yang termasuk faktor eksteren antara lain ruangan, udara, hubungan guru dengan siswa, siswa dengan siswa dan siswa dengan lingkungan sekolah.
Sekolah sebagai tempat pendidikan formal merupakan tempat penggemblengan anak dalam mewujudkan prestasi belajar yang optimal. Karena sekolah yang didasari oleh adanya tenaga guru yang professional dalam menangani masalah pendidikan anak. Sehingga tugas-tugas perkembangan anak akan mendapat pelayanna yang tepat.
Masyarakat sebagai tempat anak mengaktualisasi pengalaman belajar yang diperolehnya akan turut berpengaruh dalam kreatfitas dan kedisiplinan anak. Anak akan disiplin dalam belajar karena adanya tuntutan kompetitif positif dari lingkungan.
Dengan adanya faktor-faktor yang mempengaruhi anak, pendidik lebih berhati-hati dalam setiap menjalankan tugas keprofesionalannya. Karena dari tugas guru ini akan menumbuhkan generasi bangsa yang siap meneruskan kepemimpinan bangsa mewujudkan manusia yang berkualitas mampu membangun dirinya, bangsa dan negara.
Sedangkan menurut Ngalim Purwanto (1990: 102) membagi faktor yang mempengaruhi prestasi belajar yaitu:
1) Faktor Individual
Faktor individual merupakan faktor yang ada pada diri individu sendiri yang terdiri dari aspek fisiologis bersifat jasmaniah, aspek psikologis bersifat rohaniah, latihan dan ulangan, motivasi dan sifat-sifat pribadi seseorang.
2) Faktor dari luar individu
Faktor dari luar diri individu meliputi faktor keluarga, guru dan cara mengajarnya, alat-alat belajar serta lingkungan dan kesempatan. Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar adalah faktor individu yang belajar dan sebagai faktor pendukung adalah faktor dari luar individu.
b. Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam
Menurut Abdullah & Eny Rahma (1998: 18), IPA merupakan “pengetahuan teoritis yang diperoleh atau disusun dengan cara yang khas atau khusus, yaitu dengan melakukan observasi, eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori, eksperimentasi, observasi dan demikian seterusnya kait mengkait antara cara yang satu dengan cara yang lain”.
Leo Sutrisno, Hery Setyadi & Kartono (2007: 1-19), menyatakan ” IPA merupakan usaha manusia dalam memahami alam semesta melalui pengamatan yang tepat (correct) pada sasaran, serta menggunakan prosedur yang benar (true) dan dijelaskan dengan penalaran yang sahih (valid) sehingga dihasilkan kesimpulan yang betul (truth).
Krajcik S. Joseph, Czerniak M. Charlene and Berger Carl (1999: 12) “ Science was created by humans to predict and explain events and fenomena.”
Artinya ilmu pengetahuan merupakan hasil pengamatan yang dilakukan oleh manusia dan peristiwa alam yang terjadi.
Dalam pembelajaran IPA mencakup semua materi yang terkait dengan objek alam serta persoalannya. Ruang lingkup IPA yaitu makhluk hidup, energi dan perubahannya, bumi dan alam semesta serta proses materi dan sifatnya.
Maskoeri Jasin (2006: 36) menyebutkan “ Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau Ilmu Alamiah (Natural science) membahas tentang alam semesta dengan semua isinya dan terdiri dari tiga aspek yaitu Fisika, Biologi dan Kimia.” Pada apek Fisika IPA lebih memfokuskan pada benda-benda tak hidup. Pada aspek Biologi IPA mengkaji pada persoalan yang terkait dengan makhluk hidup serta lingkungannya. Sedangkan pada aspek Kimia IPA mempelajari gejala-gejala kimia baik yang ada pada makhluk hidup maupun benda tak hidup yang ada di alam.
Pendidikan IPA menjadi suatu bidang ilmu yang memiliki tujuan agar setiap siswa terutama yang ada di SD memiliki kepribadian yang baik dan dapat menerapkan sikap ilmiah serta dapat mengembangkan potensi yang ada di alam untuk dijadikan sebagai sumber ilmu dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan demikian pendidikan IPA bukan hanya sekedar teori akan tetapi dalam setiap bentuk pengajarannya lebih ditekankan pada bukti dan kegunaan ilmu tersebut. Bukan berarti teori-teori terdahulu tidak digunakan, ilmu tersebut akan terus digunakan sampai menemukan ilmu dan teori baru. Teori lama digunakan sebagai pembuktian dan penyempurnaan ilmu-ilmu alam yang baru. Hanya saja teori tersebut bukan untuk dihafal namun di terapkan sebagai tujuan proses pembelajaran. Melihat hal tersebut di atas nampaknya pendidikan IPA saat ini belum dapat menerapkannya.
Perlu adanya usaha yang dilakukan agar pendidikan IPA yang ada sekarang ini dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan awal yang akan dicapai, karena kita tahu bahwa pendidikan IPA tidak hanya pada teori-teori yang ada namun juga menyangkut pada kepribadian dan sikap ilmiah dari peserta didik. Untuk itu maka kepribadian dan sikap ilmiah perlu ditumbuhkan agar menjadi manusia yang sesuai dari tujuan pendidikan.
Dari pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa IPA merupakan pengetahuan dari hasil kegiatan manusia yang diperoleh dengan menggunakan langkah-langkah ilmiah yang berupa metode ilmiah dan dididapatkan dari hasil eksperimen atau observasi yang bersifat umum sehingga akan terus di sempurnakan.
c. Tujuan Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam
Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional, Depdiknas (2008 : 148) menyebutkan bahwa tujuan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di SD atau MI adalah :
1) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya.
2) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
3) Mengembangkan rasa ingin tau, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat.
4) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah, dan membuat keputusan.
5) Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam.
6) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.
7) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.
d. Pendekatan dalam Pembelajaran IPA SD
Ilmu pengetahuan sebagai produk tidak dapat dipisahkan dari hakikatnya sebagai proses. Produk IPA adalah fakta-fakta, konsep-konsep dan prinsip-prinsip serta teori-teori. Fakta dalam IPA adalah pernyataan-pernyataan tentang benda-benda yang benar-benar ada, atau peristiwa yang betul-betul terjadi dan sudah dikonfirmasi secara objektif. Konsep IPA adalah suatu ide yang mempersatukan fakta-fakta IPA. Konsep merupakan penghubung antara fakta-fakta ada hubungannya. Kemudian prinsip IPA adalah generalisasi tentang hubungan diantara konsep-konsep IPA. Sedangkan teori ilmiah merupakan kerangka yang lebih luas dari fakta-fakta, konsep-konsep danprinsip-prinsip yang saling berhubungan. Srini M.Iskandar (2001: 49) Dalam mempelajari IPA diperlukan beberapa pendekatan atau strategi yang digunakan yaitu :
Keterampilan proses IPA yang ada pada anak SD merupakan modifikasi dari keterampilan proses IPA yang dimiliki para ilmuan sebab disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak dan materi yang diajarkan. Aspek-aspek keterampilan proses IPA terdiri dari delapan hal yaitu: pengamatan, pengklasifikasian, pengukuran, pengidentifikasian dan pengendalian variable, perumusan hipotesis, perancangan sksperimen, penyimpulan hasil eksperimen, dan pengkomunikasian hasil eksperimen.
Yang menjadi tujuan utama STM adalah murid-murid setelah lulus sekolah menjadi warga Negara yang mampu untuk mengambil keputusann tentang masalah-masalah di dalam masyarakat yang berkaitan dengan sains dan teknologi.
Dari tiga pendekatan di atas, dalam pembelajaran IPA metode Kooperatif jigsaw dapat dimodifikasi dengan pendekatan di atas. Selain itu masih banyak metode-metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran IPA khususnya di Sekolah Dasar.
Lebih lengkapnya, proses jigsaw dapat dilihat dari penjelasan di bawah ini :
Metode jigsaw mendorong guru untuk memperhatikan latar belakang pengalaman siswa dan membantu siswa lebih aktif agar bahan pelajaran menjadi lebih bermakna. Siswa bekerja sama dengan sesame siswa dalam suasana gotong-royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan kemampuan berkomunikasi.
Jigsaw merupakan salah satu pembelajaran kooperatif yang pertama kali dikembangkan oleh Elliot Arronson di Universitas Texas dan merupakan salah satu metode pembelajaran yang berhasil dikembangkan oleh Robert E. Slavin.
Robert E. Slavin (2008: 14) mengemukakan bahwa “Teknik jigsaw siswa bekerja dalam anggota kelompok yang sama, yaitu 4 orang dengan latar belakang yang berbeda”.
Isjoni (2009: 77) menyatakan “Jigsaw merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang mendorong siswa aktif dan membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal. Dalam model pembelajaran jigsaw terdapat tahap-tahap dalam pembelajarannya. Tahap pertama siswa dikelompokkan dalam bentuk kelompok-kelompok kecil.
The Jigsaw method is a cooperative learning technique in which students work in small groups. In this method, each group member is assigned to become an "expert" on some aspect of a unit of study. After reading about their area of expertise, the experts from different groups meet to discuss their topic, and then return to their groups and take turns teaching their topics to their groupmates (olc.spsd.sk.ca/de/PD/coop/page4.html , 23 maret 2010).Artinya bahwa metode jigsaw adalah teknik pembelajaran kooperatif dimana siswa dalam bekerja membentuk kelompok kecil. Dalam metode ini, masing-masing anggota kelompok ditunjuk sebagai ahli/pakar untuk menjdi kelompok pakar dalam aspek yang telah dibagi. Setelah mendalami materinya dalam kelompok pakar, mereka kembali ke kelompok awaluntuk mendiskusikan materi tersebut dengan kelompoknya.
Dalam metode jigsaw, kelas dibagi menjadi beberapa kelompok kecil yang disebut kelompok semula (home teams). Materi diberikan sejumlah anggota tim dan masing-masing individu ditugaskan memilih topik mereka. Kemudian siswa dipisahkan menjadi kelompok pakar (expert groups) yang terdiri dari seluruh siswa di kelas yang mempunyai bagian informaasi yang sama. Di grup pakar, siswa saling membantu mempelajarai materi dan mempeersiapkan diri untuk tim semula. Kemudian siswa kembali ke tim semula untuk mengajarkan materi tersebut ke teman se tim dan berusaha mempelajari sisa materi. Mekanisme pembelajaran jigsaw dapat digambarkan pada gambar 1 :
- Siswa dibagi atas beberapa kelompok (tiap kelompok anggotanya 4–5);
- Materi pelajaran dibagi kepada siswa dalam bentuk teks yang telah dibagi-bagi menjadi beberapa sub bab;
- Setiap anggota kelompok membaca sub bab yang ditugaskan dan bertanggung jawab untuk mempelajarinya. Misalnya, yang dipelajari “memahami hubungan antara struktur bagian tumbuhan dengan fungsinya. Maka seorang siswa dari satu kelompok mempelajari struktur akar dan fungsinya”. Kelompok satunya mempelajari tentang struktur batang dan fungsinya, siswa yang lainnya tentang struktur daun dan fungsinya dan lainnya lagi struktur bunga dan fungsinya;
- Anggota dari kelompok lain yang telah mempelajari sub bab yang sama bertemu dalam kelompok-kelompok ahli untuk mendiskusikannya;
- Setelah anggota kelompok ahli setelah kembali ke kelompoknya bertugas mengajar temannya secara bergilir;
- Setelah seluruh siswa selesai melaporkan guru menunjukkan satu kelompok untuk menyampaikan hasilnya, kelompok lain menanggapi dan guru mengklarifikasi;
- Membuat kesimpulan
- Tiap-tiap siswa dikenai tagihan secara individu.
Resource :
Abdullah Aly & Eny Rahma. 1998. Ilmu Alamiah Dasar. Jakarta: Bumi Aksara.
Abu Ahmadi & Widodo Supriyono. 2004. Psikologi Belajar. Jakarta : Rineka Cipta.
Arends, Richard. 1997. Classroom Intruction and Management. USA : McGraw- Hill College.
Depdikbud. 1990. Kamus Bessar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.
Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SD/MI. Depdiknas : Dirjendikti.
________. 2008. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional. Depdiknas : Dirjendikti.
Fantinias Yuniarti. 2007. Pengaruh Metode Pengajaran Alam Sekitar terhadap Peningkatan Prestasi Belajar Sains Siswa Kelas V SLB.D YPAC Surakarta
Tahun Ajran 2006/2007. (Penelitian Tindakan Kelas Program Pendidikan Luar Biasa Jurusan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta)
H.B. Soetopo. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif Dasar Teori dan Terapan dalam Penelitian. Surakarta : UNS Press.
Isjoni. 2009. Pembelajaran Kooperatif Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi Antar Peserta Didik. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Krajcik S. Joseph, Czerniak M. Charlene & Berger Carl. 1999. Teaching Children Science (a Project – Based Aproach). Boston: McGraw-Hill College.
Kristanti. 2009. Efektivitas Pembelajaran Sistem Pencernaan Melalui Kombinasi Model Jigsaw dan Peta Pikiran di SMA Negeri Jumapolo Kabupaten
Karanganyar. (Penelitian Tindakan Kelas Fakultas MIPA Universitas Negeri semarang).
Leo Sutrisno dkk. 2007. Pengembangan Pembelajaran IPA SD. Depdiknas : Dirjendikti.
Maskoeri Jasin. 2006. Ilmu Alamiah Dasar. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada.
Muhibbin Syah. 1997. Psikologi Pendidikan,dengan Pendekatan Baru. Bandung:PT Remaja Rosdakarya.
Mulyani Sumantri & Johar Permana. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: CV Maulana.
Ngalim Purwanto. 1990. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Sardiman. 1992. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : CV.Rajawali.
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : Rineka Cipta.
Srini M Iskandar. 2001. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam. Bandung : CV Maulana.
Sugiyanto. 2008. Model-model Pembelajaran Inovatif. Surakarta : UNS Press.
Suharsimi Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Karya.
Sumardi Suryabrata. 2006. Psikologi Pendidikan. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
Sutratinah Tirtonegoro. 1989. Anak Supernormal dan Program Pendidikannya. Jakarta : Bina Aksara.
Slavin, E Robert. 2008. Cooperative Learning (Teori, Riset dan Praktik). Bandung : Nusa Media.
http://www.ejmste.com
http://www.olc.spsd.sk.ca/de/PD/coop/page4.html
http://www.jigsaw.org
0 Komentar
Harap jangan berkomentar yang bersifat spam, yang berbau sara, kata-kata kotor, atau yang bersifat nada keras atau komentar Anda akan kami HAPUS.