Teknik Pembelajaran Soal Cerita Penjumlahan Untuk Kelas Rendah di Sekolah Dasar

February 14, 2011
Nah, untuk menamabah kemampuan kita mengajar, adakalanya kita lebih banyak membaca tentang berbagai teknik pengajaran, kali ini ADMIN akan sedikit menshare mengenai Teknik Pembelajaran Soal Cerita Penjumlahan Untuk Kelas Rendah di Sekolah Dasar yang sebelumnya telah saya baca pelajari dari website P4TKMatematika. Mungkin di antara kita tidak ada mendapatkan materi ini secara langsung di jenjang pendidikan Guru Sekolah Dasar, namun ketika kita kuliah di jenjang tersebut, kita mungkin telah dibekali konsep dasar atau konsep pengembangnya secara tidak langsung mengarah pada setiap materi, yang kita ajarkan disekolah dasar. Sayang sekali ADMIN adalah seorang yang sering Khilaf atau lebih benarnya ADMIN sering lupa, lupa semua yang telah di pelajari semenjak D-II, namun untuk mengingatnya kembali , tak ada salahnya ADMIN membuat artikel seperti ini, agar bisa dibaca kapan saja. Semoga artikel ini bermanfaat bagi kita semua Amin....

Mari kita mulai.....
Sebelum membahas soal cerita penjumlahan lebih lanjut, coba bayangkan seandainya bapak/ ibu sedang menjalani sekolah di SD kelas I semester I selama dua bulan, meskipun soal ceritanya dibacakan oleh guru seperti berikut.

Soal cerita penjumlahan
ali memegang pensil 2 digabung dengan
budi memegang pensil 3
berapa pensil ali dan budi setelah digabung ?

cahya memetik jambu 5
kemudian memetik lagi 3
berapa jambu cahya sekarang


Soal cerita pengurangan
ali mempunyai kapur 5
diminta budi 3
berapa kapur ali sekarang ?

cahya mempunyai kambing 5 kemuadian dijual 2
berapa kambing cahya sekarang ?


Menurut bapak/ibu, seandainya Anda masih kelas I SD yang baru sekolah selama dua bulan, belum pernah menghadapi soal cerita, kira-kira jika langsung dihadapkan dengan soal cerita seperti di atas bagaimana bayangan yang ada di pikiran Anda? Paham atau belum? Jika Anda berpikir siswa belum paham, bagaimana menciptakan suasana pembelajaran yang membuat siswa kita menjadi jelas dan senang? Itulah hal yang akan diungkap pada artikel ini.

Menurut Bruner, jika suatu topik dalam pembelajaran (khususnya matematika) bersifat baru (dalam arti prasyarat atau pengalaman sebelumnya belum ada) maka langkahlangkah pembelajarannya harus dimulai dari enactive, econic, dan symbolic. Namun, permasalahannya sekarang adalah:

1. pembelajaran seperti apa yang disebut konkret (enactive) itu dan apa yang harus dipersiapkan dan dilakukan oleh guru?
2. pembelajaran seperti apa yang disebut semi konkret (econic) itu dan apa yang harus dipersiapkan dan dilakukan oleh guru?
3. pembelajaran seperti apa yang disebut abstrak (symbolic) itu dan apa yang harus dipersiapkan dan dilakukan oleh guru?


Berikut adalah perangkat yang perlu dipersiapkan guru dan teknis/langkah-langkah yang perlu ditempuh dalam pembelajarannya.

Untuk mengajarkan soal cerita penjumlahan dan pengurangan di kelas I semester I masing-masing perangkat pembelajaran yang perlu disiapkan selain Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah:

a. Kegiatan Konkret (Enactive)
Kegiatan pembelajaran yang bersifat konkret diantaranya dapat dilakukan oleh guru melalui kegiatan bermain peran. Untuk melakukan kegiatan ini, yang perlu dipersiapkan dan dicatat oleh guru adalah kata-kata kunci yang akan dilakukan pada saat kegiatan bermain peran tersebut. Sementara bentuk soal ceritanya akan mudah untuk diciptakan jika kata-kata kuncinya sudah dicatat dan dipersiapkan terlebih dahulu. Peran guru di sini selain memandu peragaan bermain peran yang bersifat konkret ini juga termasuk menerjemahkan arti soal cerita yang dimainperankan dalam bentuk bahasa matematika, yaitu bahasa yang hanya memuat angka-angka dan tanda-tanda operasi hitung (+ , – , x, : ) dan tanda-tanda relasi (= , > , <) saja.

Kata-kata kunci untuk kegiatan bermain peran antara lain.
Penjumlahan---------------------------Pengurangan
digabung----------------------------------diminta
diberi lagi---------------------------------dipinjam
minta lagi---------------------------------diberikan kepada
memetik lagi------------------------------dijual
membeli lagi------------------------------dimakan

Dari pengalaman siswa melihat guru memandu teman-temannya yang maju ke depan untuk ditunjuk sebagai pemeran dan menyatakan cerita yang mereka perankan ke dalam bahasa matematika, siswa akan mulai menangkap makna matematikanya.
Contoh:
Dua siswa diminta maju ke depan untuk mendemonstrasikan kegiatan penjumlahan. Guru memberikan dua batang kapur pada siswa pertama. Kemudian guru memberikan tiga batang kapur kepada siswa kedua. Kemudian guru meminta kedua siswa tersebut untuk menggabungkan kapur yang mereka miliki. Kemudian siswa yang lain diminta untuk menghitung banyaknya kapur setelah digabungkan.
b. Kegiatan Semi Konkret (Econic)
Istilah semi konkret artinya peraga tidak lagi berupa benda nyata tetapi diganti dengan alat peraga berupa gambar. Perangkat pembelajaran yang digunakan adalah LKS (Lembar Kerja Siswa) yang menggambarkan ciri-ciri konsep. Melalui pengalaman mengerjakan soal pada LKS yang mengandung ciri-ciri konsep itu dan pengalaman sebelumnya (pada kegiatan bermain peran) akhirnya siswa dapat mencapai kesimpulan sendiri meskipun mereka belum mampu mengungkapkannya pada orang lain. Mengapa? sebab tidak mungkin nilai anak-anak itu akan bagus dan memuaskan jika mereka belum memperoleh kesimpulan yang benar dan mantap.

Berikut adalah gambaran beberapa contoh soal yang tertuang dalam LKS Penjumlahan.
Dari pengalaman melihat temannya bermain peran dan pengalaman mengerjakan soal cerita yang tertuang dalam bentuk ”soal cerita yang ditulis di atas gambar peragaan dari materi yang sedang diceritakan itu” (apalagi hingga sepuluh soal) akhirnya anak-anak akan mampu menyimpulkan sendiri bahwa:
o Istilah digabung, memetik lagi, diberi lagi, minta lagi, dan ” ... lagi” lainnya ternyata arti matematikanya sama yakni ditambah (+).
o Hasilnya setelah ditambah ternyata menjadi makin banyak.
o Menambah artinya menggabungkan dua kumpulan benda menjadi satu kumpulan benda.

Catatan
Setelah melihat soal-soal yang terdapat pada LKS, dapatkah Anda (bapak/ibu guru SD) menarik kesimpulan mengapa siswa memperoleh nilai bisa bagus? Jawabnya adalah karena ”dari pengalaman mengerjakan LKS sepuluh nomor yang kalimat ceritanya selalu ditulis di atas gambar peragaan dari materi yang sedang diceritakan itu” jelas akan menurunkan tingkat kesulitan soal dari gambaran semula yang belum paham menjadi lebih paham yakni dari sulit menjadi mudah dan menarik. Untuk soal cerita pengurangan, berikut ini adalah gambaran beberapa contoh soal yang tertuang dalam bentuk LKS. Perhatikan dalam setiap nomor soal (dalam LKS) kalimat yang diceritakan selalu ditulis di atas gambar peragaan yang sedang diceritakan.
Dari pengalaman melihat temannya bermain peran dan mengerjakan soal cerita pada LKS di atas (apalagi hingga 10 soal) akhirnya siswa mampu menyimpulkan sendiri bahwa:

o Istilah diminta, dijual, dipinjam, diberikan kepada, dan seterusnya (seperti yang ada di LKS) ternyata memiliki satu arti yakni dikurang ( – ).
o Hasilnya setelah dikurang ternyata menjadi semakin sedikit.
o Mengurang artinya mengambil sebagian dari sebuah kumpulan benda.
o Hasil pengurangan adalah sisanya setelah diambil.


Catatan
Keempat butir kesimpulan tersebut dapat tercapai dengan sendirinya oleh anak-anak kelas I meskipun mereka belum mampu mengungkapkannya secara lisan. Bukti anak-anak mampu mencapai kesimpulan itu adalah saat mereka mengerjakan soal cerita yang sebenarnya (tidak menggunakan gambar) ternyata kebanyakan siswa nilainya 10, 9, dan 8.

c. Kegiatan pada Tahap Abstrak (Symbolic)
Istilah abstrak dalam hal ini artinya adalah soal-soalnya sudah 100% dalam bentuk huruf-huruf dan angka-angka saja, yakni sama sekali tidak ada gambar-gambar yang bersifat menuntun dan menerangkan. Semua soal hanya ditulis dalam bentuk lambang, yakni dalam bentuk huruf-huruf saja dan angka-angka saja. Kegiatan yang dilakukan siswa ini adalah mengerjakan LTS (Lembar Tugas Siswa). Pada LTS ini sama sekali sudah tidak ada lagi misi penanaman konsep. Misi penanaman konsep dianggap sudah tercapai saat kegiatan bermain peran dan kegiatan mengisi
LKS.

Contoh
1. andi diberi buku 5
diberi lagi oleh ayah 2
buku andi sekarang adalah ...
Jawab
................................

2. budi memetik mangga 5
memetik lagi 3
mangga budi sekarang adalah ...
Jawab
.................................
3. cahya membeli 4 permen
membeli lagi 3
permen cahya sekarang adalah ...
Jawab
.................................

Nah, itu tadi perangkatnya konsepnya, sekarang kita masuk ke teknisnya,

Teknis Pembelajaran

Secara garis besar langkah-langkah pembelajaran soal cerita yang pernah dilakukan adalah: (1) konkret (melalui kegiatan bermain peran), (2) semi konkret (melalui kegiatan mengisi LKS), dan (3) abstrak (melalui kegiatan mengisi LTS). Hasilnya ternyata tercapai secara memuaskan. Berikut adalah uraian selengkapnya tentang ketiga langkah pembelajaran di atas.

a. Kegiatan Belajar 1: Soal Cerita Penjumlahan.


Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya, jika siswa belum pernah sama sekali diajarkan suatu topik pembelajaran tertentu (misal soal cerita penjumlahan dan pengurangan di kelas I) maka soal cerita penjumlahan tahapan-tahapan pembelajaran yang dimaksud selengkapnya adalah seperti berikut.

(1). Tahapan Konkret (Enactive)
Pada kegiatan pembelajaran konkret ini guru bertindak sebagai fasilitator. Peranannya adalah sebagai pemandu siswa dalam kegiatan bermain peran dan menyatakan masing-masing fakta yang dihasilkan pada setiap hasil peragaan dalam bentuk kalimat matematika. Kalimat matematika yang dimaksud adalah kalimat yang ditulis dalam bentuk angka-angka, tanda-tanda relasi dan tanda tanda operasi saja. Angka-angka yang dimaksud adalah angka 1, 2, 3, ... dan seterusnya hingga 9. Tanda-tanda operasi yang dimaksud adalah tanda-tanda seperti ” + , – , x , dan : ”, sedangkan tanda-tanda relasi yang dimaksud adalah tanda-tanda seperti ” = , < , dan > ”. Guru meminta beberapa siswa maju ke depan secara bergiliran untuk melakukan kegiatan bermain peran. Setiap kali bermain peran guru selalu menuliskan di papan tulis angka-angka yang bersesuaian dengan fakta yang diperagakan.

Contoh
Soal cerita yang akan dimainperankan:
roni memegang 2 kapur
tito memegang 3 kapur
kapur roni dan kapur tito digabung
kemudian diberikan kepada bu guru
berapa kapur yang diterima bu guru ?

Teknis peragaannya: dua orang siswa bernama Roni dan Tito dipanggil ke depan. Roni diberi dua kapur buah oleh gurunya. Tito diberi tiga kapur. Guru kemudian menanyakan kepada siswa-siswa lainnya ”anak-anak berapa kapur yang dipegang temanmu Roni? (sambil meminta Roni mengangkat tinggitinggi dua kapur yang dipegangnya). Setelah para siswa lainnya menjawab ”dua”, guru kemudian menuliskan angka 2 di papan tulis.
2
Pertanyaan berikutnya ” anak-anak berapa kapur yang dipegang temanmu Tito? (sambil meminta Tito mengangkat tinggi-tinggi tiga kapur yang dipegangnya). Setelah para siswa lainnya menjawab ”tiga”, guru kemudian menuliskan angka tiga di sebelah kanan angka tiga yang sudah ada di papan tulis sebelumnya.
2 3
Perintah guru berikutnya ”sekarang coba kapur Roni dan kapur Tito digabung, berikan pada bu guru, berapa kapur yang diterima oleh bu guru?” Guru kemudian mengangkat tinggi-tinggi lima kapur yang dipegangnya.
Setelah dijawab ”lima” oleh siswa-siswa lainnya, guru kemudian menuliskan angka lima di papan tulis di sebelah kanan angka dua dan lima yang sudah ditulis di papan sebelumnya.
2 3 5
Perhatikan bahwa tanda tambah (+) dan tanda (=) sengaja belum ditulis, sambil menunggu empat atau lima soal cerita penjumlahan lainnya yang akan dimainperankan berikutnya.

Berikutnya guru memanggil dua orang siswa, misal bernama Eni dan Dita. Soal cerita yang akan dimainperankan berikutnya misal:
dita memegang 4 sedotan
eni memegang 2 sedotan
sedotan dita dan eni digabung
kemudian diberikan pada bu guru
berapa sedotan yang diterima bu guru

Dengan cara yang sama akhirnya bu guru menulis di papan tulis (di bawah tulisan no.1)
4 2 6
Sehingga dua baris tulisan yang tampak di papan tulis adalah :
2 3 5
4 2 6

Demikianlah seterusnya hingga soal cerita yang ke-5. Guru memanggil seorang siswa misal namanya Faris. Soal yang dimainperankan misal:
faris mempunyai 3 pensil
diberi lagi oleh bu guru 1 pensil
berapa pensil faris sekarang

Akhirnya dari peragaan itu (soal ke 5 atau yang terakhir) diperoleh kalimat matematika berbentuk:
3 1 4

Sehinga urutan dari seluruh butir soal yang dimainperankan selengkapnya adalah :
2 3 5
4 2 6

1 2 3

4 1 5

3 1 4


Setelah kelima soal tersebut selesai dimainperankan, guru kemudian melengkapi kelima hasil peragaan tersebut dengan tanda ”+” dan ”=” sambil mengajak anak-anak membacanya secara lantang.

2 + 3 = 5 ...........dibaca ” dua ditambah tiga sama dengan lima”
4 + 2 = 6............dibaca ” empat ditambah dua sama dengan enam”
1 + 2 = 3............dibaca ” satu ditambah dua sama dengan tiga”
4 + 1 = 5............dibaca ” empat ditambah satu sama dengan lima”
3 + 1 = 4 ...........dibaca ” tiga ditambah satu sama dengan empat”
Selesai mas/mbak, tinggal gimana sampean mengolahnya lebih mantap, agar murid sampean ga melongo ato ga paham sama kalimat yang mas/mbak ucapkan, inget mas, kalimat atau penjelasan yang sampean ucapkan adalah kunci utama sampean untuk mengexplorasi otak, mental ama sprit mereka. lanjut mas/mabk ke tahapan Semi konkret. yukkkkkk..

(a). Tahapan Semi Konkret (Econic)
Setelah pengalaman konkret melalui kegiatan bermain peran sudah dilakukan dan siswa sudah tampak mendapatkan gambaran tentang arti matematika dari soal cerita yang baru saja dimainperankan, tahapan berikutnya adalah tahapan semi konkret. Pada tahap ini tiap siswa diberi satu LKS. Isi LKS-nya adalah soal-soal cerita yang ditulis di atas gambar-gambar yang memperagakan soal-soal cerita tersebut. Tujuannya untuk memantapkan pemahaman siswa yang baru saja diperoleh dari kegiatan bermain peran.

Berikut bentuk LKS yang dimaksudkan :


Catatan
1. Penyebaran (distribusi) nilai yang diperoleh siswa dapat dilihat pada bagian lampiran.
2. LKS di atas merupakan sarana yang digunakan guru untuk memberikan penanaman konsep tak langsung pada siswa bahwa ”penjumlahan dua bilangan adalah penggabungan dua kumpulan benda menjadi satu kumpulan benda”. Untuk memudahkan pemahaman dan memperjelas konsep yang sedang ditanamkan, kumpulan benda hasilnya ditampakkan sebagai kumpulan benda yang seolah-olah berbentuk ”kumpulan benda pertama digabungkan dengan kumpulan benda kedua”.
3. Misi penanaman konsep yang tertuang dalam LKS di atas adalah ”memberikan gambaran pemecahan masalah tentang aneka soal cerita penjumlahan di SD kelas I semester 1”.
4. Setelah misi penanaman konsep dalam bentuk pembelajaran semi konkret dengan alat ukur tes yang tertuang dalam LKS tersebut di atas tercapai secara meyakinkan (ditunjukkan oleh nilai yang dicapai siswa sangat memuaskan) berarti siswa sudah memiliki gambaran (kerangka berpikir) yang jelas di alam pikirannya, dan mendapatkan ciri-ciri bahwa soal cerita yang mereka hadapi adalah soal cerita penjumlahan.



C. Tahapan Abstrak (Symbolic)

Setelah siswa menjalani tahapan pembelajaran konkret (melalui kegiatan bermain peran) dan semi konkret (melaui kegiatan mengisi LKS) maka tahapan yang terakhir adalah abstrak. Pada tahap ini soal-soal cerita yang diberikan kepada siswa murni soal cerita yang hanya berupa kalimat yang ditulis dalam bentuk huruf-huruf saja dan angka-angka saja. Sarana yang digunakan untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajarannya adalah LTS (Lembar Tugas Siswa). Berbeda dengan LKS yang mengandung ciri-ciri konsep, LTS sama sekali abstrak sebab tidak mengandung ciri-ciri konsep (Eli Estiningsih 1995:12). Ciri-ciri konsep yang dimaksud diperoleh anak saat kegiatan bermain peran dan saat mengisi LKS.

Berikut bentuk LTS yang dimaksud.


LEMBAR TUGAS SISWA
Nama :
Kelas : I
Semester : 1
No. Absen :
Petunjuk: Selesaikan soal-soal berikut!

Contoh
anto membeli 2 pensil
membeli lagi 4 pensil
pensil anto sekarang adalah ...
Jawab
2 + 4 = 6


1. andi diberi 5 buku
diberi lagi oleh ayah 2
buku andi sekarang adalah …
jawab
..................................................

2. budi memetik 5 mangga
memetik lagi 3
mangga budi sekarang adalah ...
jawab
..................................................

3. cahya membeli 4 permen
membeli lagi 3
permen cahya sekarang adalah ....
Jawab
..................................................

4. dani diberi 3 ayam
diberi lagi 6 ayam oleh pamannya
ayam dani sekarang adalah …
Jawab
..................................................

5. endang diberi 2 kelinci oleh pamannya
endang diberi lagi 2 kelinci oleh ayahnya
kelinci endang sekarang adalah ...
jawab
..................................................

6. farida mempunyai 3 jambu
ganis mempunyai 7 jambu
jambu farida dan jambu ganis dimasukkan ke dalam plastik
jambu yang ada di plastik adalah ...
jawab
..................................................

7. heni membeli 4 salak
indi membeli 5 salak
salak heni dan salak indi dihidangkan di sebuah piring
salak yang dihidangkan di piring adalah ....
jawab
..................................................

8. joko membeli 2 jeruk
kakaknya memberi lagi 6 jeruk
jeruk joko sekarang adalah ...
jawab
..................................................
9. kahar diberi 5 rambutan
diberi lagi 3 rambutan oleh ibunya
rambutan yang dimiliki kahar sekarang adalah ...
jawab
..................................................

10. lala mempunyai 4 duku
maya mempunyai 6 duku
duku lala dan duku maya digabung
kemudian diberikan pada seorang temannya
duku yang diterima temannya itu adalah ...
jawab
..................................................

Catatan
(1) Tahapan pembelajaran dari konkret, semi konkret, dan abstrak untuk soal cerita penjumlahan di atas dilakukan dalam 1x pertemuan (2 jam pelajaran @ 35 menit). Sebab ketiga tahapan itu harus berkesinambungan supaya anak segera dapat mengaitkan satu sama lain sehingga pemahaman yang diterimanya benar-benar mantap.
(2) Dari 1x pertemuan (2 jam pelajaran @ 35 menit) tersebut yang paling lama menyerap waktu adalah kegiatan bermain peran (konkret). Mengapa? sebab bermain merupakan dunia anak-anak sehingga mereka merasa antusias. Anak yang merasa tidak pintar pun ikut tunjuk jari tujuannya untuk menunjukkan bahwa diapun bisa sehingga teman-temannya tidak meremehkannya lagi.
(3) Guru sebaiknya menyelesaikan kegiatan konkret, semi konkret, dan abstrak tersebut di atas dapat tercapai dengan baik dalam 1x pertemuan (2 jam pelajaran @ 35 menit).
(4) Setiap anak menerima 1 perangkat LKS dan LTS.
(5) Saat siswa bekerja mengisi LKS maupun LTS, soal-soal ceritanya dibacakan oleh guru sebab anak kelas I semester I pada umumnya belum mampu membaca dengan lancar. Bantuan guru membacakan setiap soal sangat diperlukan sebab kemampuan anak memahami soal cerita sangat dipengaruhi oleh kelancarannya membaca soal. Padahal tujuan dari pembelajarannya bukan kelancaran membaca tetapi kemampuan mengubah kalimat sehari-hari menjadi kalimat matematika.
(6) Kegiatan mengisi LKS menghabiskan waktu sekitar lima sampai delapan menit demikian pula untuk LTS.
(7) Misi LKS adalah memberikan penanaman konsep untuk sebuah topik baru dalam matematika. Melalui pengalaman mengerjakan LKS itu para siswa diharapkan dapat menangkap konsep baru yang telah disampaikan.
Itulah sebabnya mengapa LKS hanya diberikan pada saat-saat tertentu saja, yakni saat menyampaikan konsep baru untuk pertama kalinya.
(8) LTS adalah sarana/perangkat pembelajaran, berisi soal-soal yang sifatnya untuk menguji pemahaman siswa apakah konsep baru yang telah ditanamkan melalui pengisian LKS (yang baru saja diselesaikannya) sudah dapat ditangkap maknanya atau belum dan seberapa jauh konsep baru itu telah dipahami siswa.
(9) Untuk melatih keterampilan siswa lebih lanjut diberikan saja soal-soal latihan yang di PR-kan dan terakhir ulangan.

Terima kasih, moga menjadi manfaat bagi kita semua,, Amin..

Resource :
P4TKMatematika


Author :
ADMIN #1

Artikel lain :

Previous
Next Post »
0 Komentar

Harap jangan berkomentar yang bersifat spam, yang berbau sara, kata-kata kotor, atau yang bersifat nada keras atau komentar Anda akan kami HAPUS.