Kemampuan setiap orang dalam memahami dan menyerap pelajaran sudah pasti berbeda tingkatnya. Ada yang cepat, sedang dan ada pula yang sangat
lambat. Karenanya, mereka seringkali harus menempuh cara berbeda untuk bisa
memahami sebuah informasi atau pelajaran yang sama. Sebagian siswa lebih suka
jika belajar dengan cara membaca dari hasil tulisan guru di papan tulis. Tapi,
sebagian siswa lain lebih suka menerima materi pelajaran dengan cara guru
menyampaikannya secara lisan dan mereka mendengarkan untuk bisa
memahaminya. Sementara itu, tidak sedikit siswa yang mempunyai model belajar
dengan menempatkan guru tak ubahnya seorang penceramah.
Guru diharapkan
bercerita panjang lebar tentang beragam teori dengan segudang ilustrasinya,
sementara para siswa mendengarkan sambil menggambarkan isi ceramah itu
dalam bentuk yang hanya mereka pahami sendiri.
Apa pun cara yang dipilih, gaya belajar menunjukkan mekanisme setiap
individu menyerap sebuah informasi dari luar dirinya. Karenanya, jika guru bisa memahami perbedaan gaya belajar setiap orang dan memberikan materi pelajaran
yang sesuai dengan gaya belajar siswanya akan memberikan hasil yang optimal
bagi siswanya (Deporter dan Hernacki dalam
www.sscbandung.net )
Ada beberapa pendapat mengenai definisi gaya belajar.
Dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia (1999:297), “Gaya adalah sikap atau cara yang khusus”.
Dari definisi ini, maka gaya belajar adalah sikap atau cara yang khusus dalam
belajar. Seperti yang dikemukakan oleh Winkel (1996:147), “Gaya belajar
merupakan cara belajar yang khas bagi siswa”.
Sedangkan Nasution (2000:94)
menyatakan bahwa “Gaya belajar adalah cara yang konsisten dilakukan oleh
seorang siswa dalam menangkap stimulus dan informasi, cara mengingat, berpikir
dan memecahkan soal”.
Gaya belajar ini berkaitan dengan pribadi seseorang yang
tentu dipengaruhi oleh pendidikan dan riwayat perkembangannya.
Bob Samples
(2002: 74) berpendapat bahwa “Gaya belajar adalah kebiasaan yang
mencerminkan cara kita memperlakukan pengalaman yang kita peroleh melalui
modalitas”. Sedangkan
Deporter dan Hernacki (2000:110) mengatakan bahwa
“Gaya belajar merupakan kombinasi dari bagaimana ia menyerap dan kemudian
mengatur serta mengolah informasi”.
Dari pengertian–pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa gaya belajar
adalah cara belajar yang khas yang merupakan kombinasi dari bagaimana siswa
menyerap dan mengatur serta mengolah informasi.
Sriyono (1992:4) menggolongkan gaya belajar berdasarkan cara menerima
informasi ke dalam 4 tipe, yaitu tipe mendengarkan, tipe penglihatan, tipe
merasakan, dan tipe motorik.
Sedangkan Deporter dan Hernacki (2000:112–113)
menggolongkan gaya belajar berdasarkan cara menerima informasi dengan mudah
ke dalam 3 tipe, yaitu gaya belajar tipe visual, gaya belajar tipe auditorial, dan
gaya belajar tipe kinestetik. Sejalan dengan Bobbi dan Mike, Dryden dan Vos
(2001:347) juga menggolongkan gaya belajar berdasarkan cara mudah menyerap
informasi ke dalam 3 tipe, yaitu gaya belajar tipe visual, gaya belajar tipe
auditorial, dan gaya belajar tipe kinestetik. Sehingga, sesuai dengan pembagian
tipe gaya belajar, orang dapat diklasifikasikan menjadi 3 macam, yaitu orang
bertipe auditorial, visual, dan kinestetik.
Thomas Amstrong dalam Maya A. Pujiati memilah gaya belajar setiap
orang menjadi tiga: visual, auditorial, dan kinestetik (haptik). Mereka yang
bergaya belajar visual sangat peka dengan gambar dan sesuatu yang menarik
indera penglihatan lainnya. Oleh karena itu, orang bertipe visual akan sangat
terbantu belajarnya jika kita banyak mempergunakan gambar atau video.
Adapun mereka yang bertipe auditorial, akan sangat tertarik dengan stimulasi
yang memancing indra pendengaran: mungkin lagu atau musik/irama. Suara
mereka biasanya nyaring dan senang berceloteh. Oleh karena itu, sangat baik bagi
orang auditorial untuk memperoleh bantuan berupa kaset berisi lagu atau katakata
berirama, dongeng, dan alat-alat stimulasi pendengaran lainnya.
Terakhir adalah gaya belajar kinestetik (haptik). Orang kinestetik sangat suka
bergerak, dan cara mereka belajar memang membutuhkan unsur gerak fisik.
Mereka akan tersiksa jika dipaksa untuk duduk diam saat belajar. Namun, gaya
belajar yang satu ini memang masih sulit diterima di sekolah formal yang pasti
klasikal (terdiri atas banyak anak di dalam kelas). Biasanya, guru yang tidak
mengerti akan memberikan label “nakal” atau “pengganggu” pada mereka.
Menurut Howard Gardner gaya belajar dapat dikarakteristik menjadi gaya
belajar auditorial, visual dan kinestetik.
Auditorial
Orang yang memiliki gaya belajar auditorial, belajar dengan mengandalkan
pendengaran untuk bisa memahami sekaligus mengingatnya. Karakteristik model
belajar ini benar-benar menempatkan pendengaran sebagai alat utama untuk
menyerap informasi atau pengetahuan. Artinya, untuk bisa mengingat dan
memahami informasi tertentu, yang bersangkutan haruslah mendengarnya lebih
dulu. Mereka yang memiliki gaya belajar ini umumnya susah menyerap secara
langsung informasi dalam bentuk tulisan, selain memiliki kesulitan menulis
ataupun membaca.
Beberapa ciri seorang auditorial menurut Howard Gardner antara lain :
1) Mampu mengingat dengan baik materi yang didiskusikan
dalam kelompok.
2) Mengenal banyak sekali lagu / iklan TV.
3) Suka berbicara.
4) Pada umumnya bukanlah pembaca yang baik.
5) Kurang dapat mengingat dengan baik apa yang baru saja
dibacanya.
6) Kurang baik dalam mengerjakan tugas mengarang/menulis.
7) Kurang memperhatikan hal-hal baru dalam lingkungan
sekitarnya.
·
Visual
Orang yang memiliki gaya belajar visual, belajar dengan menitikberatkan
ketajaman penglihatan. Artinya, bukti-bukti konkret harus diperlihatkan terlebih
dahulu agar mereka paham. Ciri-ciri orang yang memiliki gaya belajar visual
adalah kebutuhan yang tinggi untuk melihat dan menangkap informasi secara
visual sebelum mereka memahaminya. Konkretnya, yang bersangkutan lebih
mudah menangkap pelajaran lewat materi bergambar. Selain itu, mereka memiliki
kepekaan yang kuat terhadap warna, disamping mempunyai pemahaman yang
cukup terhadap masalah artistik. Hanya saja biasanya mereka memiliki kendala
untuk berdialog secara langsung karena terlalu reaktif terhadap suara, sehingga
sulit mengikuti anjuran secara lisan dan sering salah menginterpretasikan kata
atau ucapan.
Beberapa karakteristik visual menurut Howard Gardner adalah :
1) Senantiasa melihat, memperhatikan gerak bibir seseorang
yang berbicara kepadanya.
2) Cenderung menggunakan gerakan tubuh saat
mengungkapkan sesuatu.
3) Kurang menyukai berbicara di depan kelompok, dan kurang
menyukai untuk mendengarkan orang lain.
4) Biasanya tidak dapat mengingat informasi yang diberikan
secara lisan.
5) Lebih menyukai peragaan daripada penjelasan lisan.
6) Biasanya orang yang visual dapat duduk tenang di tengah
situasi yang ribut/ramai tanpa merasa terganggu.
Kinestetik
Orang yang memiliki gaya belajar kinestetik mengharuskan individu yang
bersangkutan menyentuh sesuatu yang memberikan informasi tertentu agar ia bisa
mengingatnya. Tentu saja ada beberapa karakteristik model belajar seperti ini
yang tak semua orang bisa melakukannya. Karakter pertama adalah menempatkan
tangan sebagai alat penerima informasi utama agar bisa terus mengingatnya.
Hanya dengan memegangnya saja, seseorang yang memiliki gaya belajar ini bisa
menyerap informasi tanpa harus membaca penjelasannya.
Karakter berikutnya dicontohkan sebagai orang yang tak tahan duduk manis
berlama-lama mendengarkan penyampaian informasi. Tak heran kalau individu
yang memiliki gaya belajar ini merasa bisa belajar lebih baik kalau prosesnya
disertai kegiatan fisik. Kelebihannya, mereka memiliki kemampuan
mengkoordinasikan sebuah tim disamping kemampuan mengendalikan gerak
tubuh (athletic ability). Tak jarang, orang yang cenderung memiliki karakter ini
lebih mudah menyerap dan memahami informasi dengan cara menjiplak gambar
atau kata untuk kemudian belajar mengucapkannya atau memahami fakta.
Mereka yang memiliki karakteristik-karakteristik di atas dianjurkan untuk belajar
melalui pengalaman dengan menggunakan berbagai model peraga, semisal belajar
yang membolehkannya bermain.
Cara sederhana yang juga bisa ditempuh adalah
secara berkala mengalokasikan waktu untuk sejenak beristirahat di tengah waktu
belajarnya.
Beberapa karakteristiknya menurut Howard Gardner adalah
:
1) Suka menyentuh segala sesuatu yang dijumpainya.
2) Sulit untuk berdiam diri.
3) Suka mengerjakan segala sesuatu dengan menggunakan
tangan.
4) Biasanya memiliki koordinasi tubuh yang baik.
5) Suka menggunakan objek yang nyata sebagai alat bantu
belajar.
6) Mempelajari hal-hal yang abstrak merupakan hal yang
sangat sulit.
Deporter dan Hernacki (2000:116–118) mengemukakan bahwa orang yang
bertipe visual memiliki ciri-ciri :
1) Perilaku rapi dan teratur.
2) Teliti terhadap detail.
3) Mengingat apa yang dilihat daripada apa yang didengar.
4) Mengingat dengan asosiasi visual.
5) Lebih suka membaca daripada dibacakan.
6) Mempunyai masalah untuk mengingat instruksi verbal kecuali jika ditulis.
Sejalan dengan tipe visual, siswa yang memiliki gaya belajar tipe
penglihatan dapat menerima informasi dengan baik bila ia melihat langsung
(Sriyono,1992:4).
Orang yang bertipe auditorial mempunyai ciri – ciri :
1) Mudah terganggu oleh keributan.
2) Menggerakan bibir ketika membaca.
3) Senang membaca dengan suara keras dan mendengarkan.
4) Belajar dengan mendengarkan dan lebih mudah mengingat apa yang didengar
daripada yang dilihat.
5) Suka berbicara, suka berdiskusi, dan menjelaskan sesuatu panjang lebar.
6) Dapat mengulang kembali dan menirukan nada, birama, dan warna suara. (Deporter dan Hernacki 2000:118)
Sriyono (1992:4) menyatakan bahwa, “Siswa yang bertipe mendengarkan
dapat menerima informasi dengan baik setiap informasi dengan mendengarkan”.
Orang yang betipe kinestetik memiliki ciri – ciri :
1) Selalu berorientasi pada fisik dan banyak gerak.
2) Belajar melalui manipulasi dan praktek.
3) Menghafal dengan cara berjalan dan melihat.
4) Menggunakan jari sebagai penunjuk ketika membaca.
5) Tidak dapat duduk diam untuk waktu yang lama.
6) Menyukai buku – buku yang berorientasi pada alur /isi.
7) Ingin melakukan segala sesuatu. (Deporter dan Hernacki 2000:118-120)
Sriyono (1992:4) menyatakan bahwa, “Siswa yang bertipe motorik akan
menerima informasi dengan baik bila ia melakukan sendiri secara langsung”.
Dryden dan Vos (2001:355) menyatakan bahwa orang yang bertipe visual
lebih mudah menyerap informasi jika menggunakan indra penglihatan, orang yang
bertipe auditorial memiliki cirri-ciri tidak suka membaca dan lebih suka bertanya
untuk mendapatkan informasi, sedangkan orang yang bertipe kinestetik selalu
ingin bergerak.
Menurut Nurita Putranti gaya belajar dapat menentukan prestasi belajar
siswa. Jika diberikan strategi yang sesuai dengan gaya belajarnya, siswa dapat
berkembang dengan lebih baik. Gaya belajar otomatis tergantung dari orang yang
belajar. Artinya, setiap orang mempunyai gaya belajar yang berbeda-beda.
Sedangkan menurut Meiky bila kita paham gaya belajar kita, boleh jadi kita lebih
pintar dari seharusnya.
Dengan demikian, perbedaan gaya belajar matematika mengakibatkan
perbedaan prestasi belajar siswa. Prestasi matematika siswa juga dipengaruhi oleh
gaya belajar siswa.
DAFTAR PUSTAKADeporter dan Hernacki. 2000. Quantum Learning : Membiasakan Belajar
Nyaman dan Menyenangkan. Terjemahan Alwiyah Abdurrahman.
Bandung : Kaifa.
Deporter dan Hernacki. Quantum Teaching. www.sscbandung.net. Diakses pada
tanggal 1 Agustus 2012.
Fuad Hasan. 1999. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
WS. Winkel. 1996. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Gramedia Widiasarana.
Samples, Bob. 2002. Revolusi Belajar untuk Anak. Panduan Belajar Sambil
Bermain untuk Membuka Pikiran Anak Anda. Bandung: Kaifa.
Sriyono. 1992. Teknik Belajar Mengajar Dalam CBSA. Jakarta : Rineka Cipta.
Drygen, Gordon, Vos, Jeannete. 2001. Revolusi Cara Belajar. Terjemahan Word
++ translation Service. Bandung: Kaifa.
Maya A. Pujiati. Mengamati Gaya Belajar Anak
.http://pustakanilna.com/mengamati-gaya-belajar-anak . Diakses pada
tanggal 20 Mei 2009
Howard Garner. Kenalilah Tipe Gaya Belajar Kita (Learning Style).
http://www.ubb.ac.id/menulengkap.php?judul=Kenalilah Tipe Gaya
Belajar Kita (Learnin Style) & nomorurut_artikel=213. Diakses pada
tanggal 20 Mei 2009